Presiden Jokowi: Paduan Suara Ajarkan Kita Tentang Kerukunan Dan Toleransi
Karena menurut Jokowi, paduan suara mampu mengharmoniskan karakter-karakter vokal yang beragam menjadi sebuah kesatuan yang lengkap dan indah
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan paduan suara dapat mengajarkan mengenai filosofi dari kerukunan dan toleransi yang dibutuhkan bangsa Indonesia.
Karena menurut Jokowi, paduan suara mampu mengharmoniskan karakter-karakter vokal yang beragam menjadi sebuah kesatuan yang lengkap dan indah.
Baca: Usai Bertemu Presiden Jokowi, Para Bupati Tambah Semangat Berinovasi Kembangkan Daerahnya
"Suara sopran, alto, tenor, dan bas semua harus saling menghargai. Enggak mungkin satu minta dominan, satu lainnya minta terus-terusan. Harus saling menjaga dan mengurangi ego masing-masing untuk mendapat sebuah suara yang padu, harmonis, dan indah," tutur Presiden Jokowi, Saat bersilaturahmi dengan panitia dan pemenang Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Tahun 2018 di Istana Bogor, Jawa Barat, pada Senin (12/11/2018).
Presiden Jokowi menegaskan, aset terbesar bangsa Indonesia tak lain adalah persatuan, persaudaraan, dan kerukunan.
Selain itu, Jokowi mengajak para peserta Pesparani untuk turut mengingatkan masyarakat akan pentingnya persatuan dan persaudaraan.
Saat ini, bangsa Indonesia membutuhkan pemahaman lebih soal pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan antarelemen bangsa.
"Kebutuhan kita saat ini akan persatuan, mengingatkan akan pentingnya persatuan. Saya ingin itu betul-betul terus disampaikan kepada masyarakat. Karena banyak kita ini yang tidak ingat bahwa negara ini memang sangat beragam," ujarnya, seperti dikutip dari keterangan tertulis dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
Baca: Jokowi Minta Para Bupati Dorong Industri Kreatif dan Sederhanakan Birokrasi
"Jangan sampai intoleransi dan ekstremisme menganggap dirinya yang paling benar dan merasuk ke mana-mana. Akhirnya nantinya masyarakat merasa tidak rukun. Itu yang sangat berbahaya," tegasnya.
Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo.