Ajak Islah PPP Kubu Romy, PPP Kubu Humphrey: Air Susu Dibalas Air Tuba
Humphrey menegaskan upaya untuk kembali mempersatukan PPP tidak bisa hanya atas kemauan dari pihaknya.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta mengajak islah PPP versi Muktamar Pondok Gede yang dipimpin Romahurmuziy (Romy).
Namun, Ketum PPP Muktamar Jakarta Humphrey Djemat mengatakan niat baik tersebut ibarat air susu dibalas air tuba.
Ajakan untuk berdamai mendapat penolakan dari PPP kubu Romy.
"Namun niat baik untuk membangun persatuan partai dijawab oleh pihak Romahurmuziy dan kawan-kawan dengan sambutan ingin pidanakan penyelenggara dan peserta Mukernas III. Sehingga niat baik kami menjadi pupus dan patah arang, bak kata pepatah air susu dibalas air tuba," ujar Humphrey di Kantor Sekretariat DPP PPP, Jalan Talang no 3, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (16/11/2018).
Humphrey menegaskan upaya untuk kembali mempersatukan PPP tidak bisa hanya atas kemauan dari pihaknya.
Namun, yang membuat pupus islah tersebut yakni dari kubu Romy sendiri bukan kubunya.
Baca: Arsul Sani: PPP Ilegal Caper ke Paslon di Pilpres
Sampai pada akhirnya, ujar Humphrey, PPP Muktamar Jakarta mengambil keputusan untuk mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
"Islah ini kan tidak bisa bertepuk sebelah tangan, jadi yang membuat pupus atau menghilang adanya islah itu bukan dari pihak kita. Sampai lah saatnya di mana keputusan itu harus diambil dan kita enggak boleh banci dalam pilpres ini dan lagi mendengarkan juga dari pandangan umum seluruh DPW. Jadi yang membuat pupus islah itu bukan kita tapi pihak Romahurmuziy sendiri," jelasnya.
Terkait keputusan tersebut, Humphrey mengaku tidak khawatir jika keputusannya itu nanti akan diperkarakan oleh kubu PPP kubu Romy.
Humphrey pun menyerahkan kepada umat untuk menilai langsung konflik tersebut.
"Kita ini sudah 4 tahun konflik dan secara hukum terus menerus bermasalah di pengadilan. Bagaimana kita pernah ada disaat kepunyaan kekuatan hukum sempurna tapi angin enggak berpihak ke kita. Jadi kalau perkara itu bagaiman perkara ke- 1001 kali jadi buat kami gak ada maslaah untuk perkara itu. Tapi ingat kita selalu menyatukan PPP, alangkah buruknya kalau satu pihak mau punya niat baik secara damai tapi disambut memperkarakan, nanti biar umat yang nilai," pungkasnya.