Gandeng Yayasan Orang Rimbo Kito, Budi Luhur Bina Suku Anak Dalam di Tebo Tengah, Jambi
Di wilayah Jambi, Suku Anak Dalam hidup di tiga wilayah ekologis berbeda, salah satunya Orang Kubu di utara Provinsi Jambi.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suku Anak Dalam dikenal sebagai satu dari beberapa suku dengan pola hidup tradisional sangat kuat yang kini menjadi perhatian semua pihak di Tanah Air.
Situs Wikipedia menyebutkan, Suku Anak Dalam memiliki sebutan lain, Suku Kubu atau Orang Kubu atau Orang Rimba.
Suku Anak Dalam tergolong suku bangsa minoritas yang hidup di pedalaman Pulau Sumatra, tersebar di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan dengan total populasi diperkirakan mencapai sekitar 200.000 orang.
Di wilayah Jambi, mereka hidup di tiga wilayah ekologis yang berbeda, yaitu Orang Kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Jambi di sepanjang jalan lintas Sumatra.
Mereka biasa hidup secara nomaden dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun banyak dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya.
Tergerak membantu mereka, Universitas Budi Luhur Jakarta menggandeng Yayasan Orang Rimbo Kito Jambi untuk melakukan pembinaan Suku Anak Dalam lewat kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa di pemukiman mereka,
Kerjasama ini dituangkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Deputi Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Budi Luhur, Dr. Ir. Wendi Usino, dan Teguh Suhendro, SH. M.Hum., Ketua Dewan Pembina Yayasan Orang Rimbo Kito Jambi, Sabtu (17/11/2018).
Baca: Begalz Racing, Klub Balap Moge yang Semua Anggotanya Pilot Garuda Indonesia
Realisasi kerjasama in adalah program KKN Universitas Budi Luhur dan Program Jaksa Masuk Rimba yang akan dijalankan mulai Desember 2018 hingga Januari 2019 di tiga desa di wilayah Sungai Alai, Kecamatan Tebo Tengah, Jambi.
Kejaksaan Negeri Tebo juga melakukan pembekalan/orientasi kepada 30 mahasiswa dan dosen yang akan diterjunkan ke lapangan.
Pembekalan yang disampaikan terutama pengenalan budaya dan cara-cara pendekatan kepada Suku Anak Dalam. “Pembekalan ini penting dilakukan karena budaya dan cara pendekatan kepada Suku Anak Dalam ini akan sangat menentukan keberhasilan Program,” ungkap Teguh Suhendro.
Baca: Kominfo Cabut Izin Frekuensi First Media, Internux dan Jasnita Setelah 3 Kali Diperingatkan
Deputi Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dr. Ir. Wendi Usino menyatakan, kerjasama ini merupakan salah satu wujud kepedulian Universitas Budi Luhur kepada pendidikan anak-anak negri.
"Wujud kepedulian lain yang sudah dan masih dilakukan adalah Program Beasiswa Nusantara sejak tahun 2004,” ujar Wendi.
Ketua Pusat Studi Kebudiluhuran Dr. Yusran, menyatakan, saat ini ada 43 mahasiswa Beasiswa Nusantara yang aktif kuliah di Universitas Budi Luhur yang berasal dari Pulau Nias, Padang Sumatera Barat, Murungraya Kalimantan Barat, Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, Sampit Kalimantan Tengah, Tana Toraja Sulawesi Selatan, Palu Sulawesi Tengah.
Di tahun 2018 ini 2 calon mahasiswa dari Suku Pedalaman Dayak dan 3 calon mahasiswa dari Gunung Sitoli menjalani orientasi kehidupan Jakarta untuk selanjutnya menjalani kuliah di Budi Luhur.