Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Kombes Pol Lisda Cancer, Dokter di balik Keberhasilan DVI Identifikasi Korban Lion Air PK-LQP

Ia mengungkapkan kalau anak sulungnya kini tengah menimba ilmu Psikologi di salah satu Universitas.

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Sosok Kombes Pol Lisda Cancer, Dokter di balik Keberhasilan DVI Identifikasi Korban Lion Air PK-LQP
TRIBUNJAKARTA.COM/NAWIR ARSYAD AKBAR
Kepala Bidang Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri Kombes (Pol) Lisda Cancer, di Rumah Sakit Bhayangkara I R. Said Sukanto (RS Polri), Jakarta Timur, Kamis (1/11/2018). 

Selama berkecimpung di DVI, bukan tidak pernah dirinya menerima complain dari para keluarga korban yang menanti hasil identifikasi dari timnya keluar.

Namun dirinya mengerti bagaimana emosi dan kekhawatiran menguasai perasaan para keluarga korban. 

Sehingga, ia pun mencoba untuk menjawab setiap complain maupun teror pertanyaan yang datang kepadanya dengan penuh sabar.

“Maksudnya, kita kan tau emosinya namanya orang lagi sedih, merasa kehilangan.  Kita yang harus sabar dan harus bisa menjelaskan yang masuk akal gitu, sehingga keluarga korban menerima alasan kita apa, jangan kita ngarang-ngarang,” tuturnya.

Walaupun sudah belasan tahun berkecimpung di DVI, namun Lisda mengaku juga pernah gagal dalam mengidentifikasi korban.

Perasaan menyesal akibat tidak berhasil mengidentifikasi korban pun diakuinya kerap kali merayapi hatinya, ketika gagal. 

 Terlebih, jika keluarga korban begitu mengharapkan anggota keluarga atau kerabatnya segera ditemukan.

Berita Rekomendasi

“Ya ada sih perasaan menyesal jika kita tidak bisa mengidentifikasi, tidak bisa mengembalikkan kepada keluarga korban, apalagi kalau keluarga korban sangat mengharapkan ya, pasti ada rasa (penyesalan) itu,” ungkapnya.

Sementara disisi lain kesuksesan Lisda di dunia forensi tampaknya tidak tertular kepada ketiga anaknya. 

Ia mengungkapkan kalau anak sulungnya kini tengah menimba ilmu Psikologi di salah satu Universitas. 

Rencananya, Ia ingin mengarahkan agar anaknya tersebut mau mengambil Psikologi Forensik.

“Anak saya yang pertama kuliah psikologi. Dia ga mau jadi dokter katanya, akhirnya ambil psikologi, tapi tetep saya dorong untuk ambil psikologi forensik sih,” ujar Lisda. 

“Kalau dokter gigi forensik kan artinya luar biasa, maksudnya di luar kebiasaan. Itu yang dicari cari orang. Nah anak saya juga seperti itu, kalau psikolog mungkin biasa tapi kalau psikologi forensik di luar kebiasan kan, nantinya dicari cari orang. Apalagi sekarang psikologi forensik sedang dikembangkan kan, barangkali kalau dia bisa mengembangkan lebih bagus,” tutur Lisda. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas