Fakta Pembunuhan Pekerja Proyek di Papua, Tak Pernah Dikawal hingga Jokowi yang Nekat Datang
Presiden Joko Widodo juga pernah diingatkan untuk tidak meninjau lokasi Nduga karena rawan gangguan keamanan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fakta demi fakta di balik tragedi berdarah di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, mulai terungkap. Salah satunya, selama menjalankan proyek di Papua, PT Istaka Karya sama sekali tanpa pengawalan dari aparat keamanan.
Presiden Joko Widodo juga pernah diingatkan untuk tidak meninjau lokasi Nduga karena rawan gangguan keamanan.
Namun, saat itu Jokowi tetap memutuskan untuk mengunjungi proyek Trans-Papua.
Selain itu, 16 jenazah telah berhasil dievakuasi dari lokasi pembantaian di Nduga, Papua. Inilah sederet fakta yang terungkap dari kasus penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga:
1. Tak pernah dikawal aparat keamanan
Sejak 1 Januari 2017, PT Istaka Karya bekerja untuk membangun proyek jembatan Jalan Trans-Papua, yang berada di wilayah pedalaman, khususnya di wilayah Pegunungan Tengah, Papua.
Akan tetapi, selama pekerjaan pembangunan proyek tersebut, tak ada aparat keamanan baik dari Polri maupun TNI yang mengawal.
Padahal, lokasi pembangunan jembatan merupakan wilayah yang sangat rawan dari gangguan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), yang selama ini kerap meneror para pekerja maupun masyarakat.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengungkapkan, selama ini tak ada permintaan dari pihak PT Istaka Karya untuk melakukan pengawalan terhadap para pekerja yang melaksanakan pembangunan.
“Kalau pengawalan melekat tidak ada permintaan. Namun, selama ini ada anggota yang melakukan patroli di sepanjang pekerjaan pembangunan Jalan Trans-Papua,” kata Kamal, Jumat (7/12/2018). Hal senada juga diungkapkan Wakapendam XVII/Cendrawasih Letkol Inf. Dax Sianturi.
2. Jokowi pernah diingatkan untuk tidak datang ke Nduga
Saat Jokowi hendak berkunjung ke Nduga, tepatnya dua tahun lalu, Kepala BIN, Panglima TNI, dan Kapolri sempat memintanya untuk berpikir ulang karena masalah ancaman keamanan. "Tahun 2016 saya ke Kabupaten Nduga, karena enggak ada jalan harus 4 hari jalan kaki. Saya pakai helikopter ke sana. Oleh Kapolri, oleh Kepala BIN, oleh Panglima TNI tidak diperbolehkan," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (7/12/2018).
"'Pak, Bapak jangan ke sana, daerah ini memang masih kondisi yang perlu pendekatan'," kata Jokowi menirukan pernyataan jajarannya. Namun, saat itu Jokowi tetap ngotot untuk berangkat ke Nduga.
Baca: Cerita Presiden Jokowi di Papua Alami Listrik Mati Saat Menginap di Hotel
"Saya sampaikan saat itu 'Enggak, saya mau ke Nduga, naik heli ke sana, 2 hari lagi mau ke sana'. Saya perintahkan, 'Pokoknya saya 2 hari lagi mau ke sana, urusan keamanan, urusanmu, urusanmu, urusanmu,'" kata Jokowi.