Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kelompok Bersenjata di Papua Sulit Diidentifikasi Karena Kerap Berbaur dengan Warga Lokal

"Tak ada batas waktu. Yang jelas, mereka harus tertangkap, hidup atau pun mati," tandasnya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kelompok Bersenjata di Papua Sulit Diidentifikasi Karena Kerap Berbaur dengan Warga Lokal
BANJIR AMBARITA/AFP/GETTY IMAGES
Anggota OPM muncul di hutan provinsi Papua pada 25 Juli 2009. Mereka menolak tuduhan berada di balik serangan dekat tambang emas Freeport. 

TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Para pelaku pembunuhan terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, bersembunyi di hutan-hutan, dan masih terus dikejar dan dilacak, kata juru bicara Kodam Cendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi.

"Kalau di kampung penduduk, mereka meletakkan senjatanya dan berbaur dengan masyarakat, sementara kita tidak kenal mereka," kata Aidi pula dalam percakapan telpon dengan Ging Ginanjar dari BBC News Indonesia.

Betapa pun, katanya, tim gabungan polisi dan TNI bertekad untuk 'menegakkan hukum,' dengan terus mengejar dan menemukan mereka.

"Tak ada batas waktu. Yang jelas, mereka harus tertangkap, hidup atau pun mati," tandasnya.

Dalam perkembangan terbaru, aparat sudah menemukan lagi satu dari jenazah pekerja PT Istaka Karya yang tewas dibunuh kelompok yang menurut aparat adalah kelompok pimpinan Egianus Kogoya.

Baca: Kesaksian Simon, Selamat dari Pembantaian Kelompok Bersenjata di Papua, 3 Hari Kabur Lewat Hutan

Dengan demikian, tim gabungan TNI dan polisi masih mencari setidaknya dua jenazah lagi dan dua orang yang pada saat kejadian berhasil melarikan diri.

"Memang kesulitannya, mereka menggunakan pola operasi gerilya. Jadi mereka bisa ada di mana-mana, dan mereka menguasai medan, sementara bagi kita medan tersebut baru," kata Muhammad Aidi.

Berita Rekomendasi

"Apalagi kita tak mengenal secara fisik orang-orang itu, kita tak pernah bertemu mereka. Kita tak pernah tahu secara fisik, dan hanya mengenal mereka dari foto-foto atau sinyalemen lain."

Hal lain, kata Kapendam XVII Cendrawasih ini, mereka dan masyarakat itu memiliki 'hubungan,' karena mereka merupakan warga dari desa yang begitu terpencil, susah dijangkau.

"Beda halnya dengan kalau kita mengejar teroris di Jawa atau di Sulawesi, misalnya. Tak ada masyarakat yang mendukung teroris itu. Karenanya, kalau masyarakat punya informasi, akan menyampaikan kepada aparat keamanan. Lain dengan gerilyawan ini, kan. Mereka ada di lingkungan warga. Kombatan ini bagian dari masyarakat," tambah Aidi.

Hal itu, katanya, menimbulkan kerumitan tersendiri.

"Makanya melihat pola-pola itu, kita lakukan pendekatan ke masyarakat. Bahwa yang dilakukan oleh para pelaku itu adalah tindakan tidak manusia tindakan yang sangat keji. Sehingga tak perlu dibela. Jadi kita akan selalu melakukan pendekatan."

Sejauh ini sudah 16 jenazah PT Istaka Karya yang ditemukan dan dikirim ke keluarga mereka di Toraja Sulawesi Selatan, dan Palu, Sulawesi Barat. Sementara empat yang selamat karena berhasil melarikan diri, masih dirawat di Rumah Sakit di Timika, Papua.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas