Kelompok Bersenjata di Papua Sulit Diidentifikasi Karena Kerap Berbaur dengan Warga Lokal
"Tak ada batas waktu. Yang jelas, mereka harus tertangkap, hidup atau pun mati," tandasnya.
Editor: Hasanudin Aco
Sebagian meninggal di tempat sebagian lagi pura-pura mati terkapar. Orang-orang bersenjata itu melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo, lalu 11 orang karyawan yang pura-pura mati berusaha melarikan diri, namun dikejar.
Lima orang tertangkap dan dibacok hingga tewas di tempat. Adapun, enam orang berhasil melarikan diri.
Disebutkan, kelompok bersenjata itu kemudian juga menyerang sebuah pos tentara dan menewaskan seorang prajurit.
Berapa korban sebenarnya?
Awalnya disebutkan sebanyak 31 orang tewas. Itu berdasarkan laporan awal dari pendeta Wilhelmus Kogoya dari gereja distrik Yigi.
Ini jumlah yang disebut dalam pernyataan awal berbagai pihak berwenang: polisi, Kodam Cendrawasih, hingga Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Namun dalam perkembangannya, polisi dan tentara menyebut, yang sudah dipastikan tewas adalah 20 orang, terdiri dari 19 karyawan, dan satu tentara.
"Itu berdasarkan penuturan dan kesaksian Johny Aritonang, korban yang berhasil melarikan diri," kata Kapendam Cendrawasih Muhammad Aidi.
Adapun angka 31 tewas, kata Muhammad Aidi, berdasarkan kabar pertama melalui radio dari seorang pendeta, yang masih belum bisa diklarifikasi lebih jauh.
Betapa pun, angka 31 korban tewas pun belum diralat secara pasti, karena medan yang begitu sulit di Nduga, membuat verifikasi berjalan lambat dan pelik.
Siapa pelakunya?
Aparat menyebut pelakunya adalah sebuah kelompok pimpinan Egianus Kogoya, yang merupakan sempalan dari kelompok Kelly Kwalik, komandan sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tewas dalam penyergapan pada 2009.
Kapolri Tito Karnavian menyebut, kelompok pimpinan Egianus Kogoya itu berkekuatan sekitar 50 orang, dengan sekitar 20 pucuk senjata api. Kendati menurut keterangan TNI sebelumnya, mereka dibantu lebih dari 200 warga sipil.