Saat Alissa Wahid 'Ndredeg' di Hadapan Mbah Moen
Alissa Wahid, putri Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengaku 'ndredeg' saat berhadapan dengan KH Maimun Zubair.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alissa Wahid, putri Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengaku 'ndredeg' saat berhadapan dengan KH Maimun Zubair.
Alissa Wahid yang mengenakan pakaian serba putih mengaku 'ndredeg' saat memberikan sambutan di hadapan KH Maimun Zubair atau yang biasa disapa Mbah Moen.
"Assalamualaikum, saya kok ndregdeg sambutan di hadapan guru saya, Kiai saya Maimun Zubair," kata Alissa saat memberikan sambutan acara di kediaman Gus Dur, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).
Baca: SBY: Kampanye Tiga Bulan Ini Bertentangan dengan Apa yang Ditunggu Rakyat
Mbah Moen yang tampak mengenakan baju batik dan duduk di tengah panggung terlihat melirik ke arah Alissa.
Kiai karismatik itu pun melempar senyum simpul ke arah Alissa.
Alissa kemudian meminta izin untuk melanjut sambutan.
Dalam sambutan pembukanya, Alissa menyampaikan bahwa saat ini sosok almarhum ayahnya yakni Gus Dur menyadi teladan dan masih terus diingat.
Baca: Tribunnews.com Raih Medali Emas Sebagai Media Online Terproduktif Memberitakan Asian Para Games 2018
"Tidak terasa karena, beliau masih disebut, setiap ada apa-apa inget Gus Dur, rindu Gus Dur, seandainya Gus Dur masih ada dalam masalah hari ini setiap tahunnya ini untuk kita mengkaji teladan dari pelajaran hidup beliau," kata Alissa.
Sambutan Alissa ini saat membuka acara peringatan wafat atau haul ke-9, Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Jumat (21/12/2018) malam.
Alissa juga mengatakan, pesan yang selalu disampaikan Gus Dur dan terus diingat adalah 'yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan'.
Baca: Tiga Alasan TGB Bergabung dengan Partai Golkar
Selain itu, kata Alissa, dimasa tahun politik seperti sekarang ini sosok Gus Dur sangat dirindukan masyarakat.
"Ditahun politik ini jejak-jejak Gus Dur sangat relefan dan perlu di kaji, saat kelompok sibuk berebut tahta politik, saat politik hanya dimunculakn dengan cara pencarian kursi-kursi kekuasaan, saat kekuasan dijadikan jalan untuk mengeruk kekayaan negeri demi hal sediri, saat jabatan publik dijadikan alat untuk menajamkan hak yg mayoritas dan minoritas," papar Alissa.
"Disaat seperti ini kita membutuhkan wajah politk yang berbeda, politik untuk kemanusiaan," imbuhnya.