Kronologi Tsunami Banten yang Tewaskan 168 Orang, Termasuk Bani Seventeen dan Istri Ade Jigo
Kronologi tsunami Banten yang menewaskan 168 orang, termasuk Bani Seventeen dan istri komedian Ade Jigo.
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNSTYLE.COM - Tewaskan istri Ade Jigo dan bassist grup band Seventeen, begini kronologi Tsunami Tanjung Lesung!
Kepala Badan meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menjelaskan kronologi terjadinya tsunami di wilayah pantai sekitar kawasan Selat Sunda.
Hal itu dia sampaikan saat mengadakan konferensi pers di gedung BMKG Minggu (23/12/2018) dini hari tadi.
Dalam konferensi persnya, Dwikorita menyebut BMKG sudah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dengan status level Waspada pada hari jumat (21/12/2018) sekitar pukul 13.15 WIB.
Mengutip dari Kompas.com, "Kemarin pukul 13.51 WIB pada tanggal 21 Desember Badan Geologi telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dan levelnya pada level Waspada," kata Dwikorita.
Baca: Tunggu Instruksi, PMI Tangsel Siapkan Personel dan Peralatan Bantu Evakuasi Korban Tsunami
Keesokan harinya sekitar pujul 07.00 WIB, BMKG kembali mengeluarkan peringatan akan potensi gelombang tinggi di sekitar perairan Selat Sunda.
"Diperkirakan (gelombang tinggi terjadi) kemarin tanggal 21 hingga nanti 25 Desember 2012. Ini peristiwa beda tapi terjadi pada lokasi yang sama. Yang pertama erupsi Gunung Krakatau dan potensi gelombang tinggi," katanya.
Dirinya menambahkan, tim BMKG ada yang melakukan uji coba instrumen di perairan Selat Sunda pada pukul 09.00 WIB - 11.00 WIB.
"Di situ memang terverifikasi bahwa terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang, karena itu tim kami segera kembali ke darat," ujarnya.
Pada hari Sabtu (22/12/2018) sekitar pukul 21.35 WIB, BMKG mencatat erupsi gunung anak Krakatau.
Di satu sisi sejumlah tide gauge (alat pendeteksi tsunami) BMKG menunjukkan ada potensi kenaikan permukaan air di pantai sekitar Selat Sunda.
"Dan kami analisis, kami memerlukan waktu analisis apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer yang tadi ada gelombang tinggi? Jadi memang ada fase seperti itu. Namun ternyata setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata dia.
Adapun rinciannya, berdasarkan hasil pengamatan tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Cinangka, Serang, tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian gelombang 0,9 meter.
"Kemudian tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 meter," kata Dwikorita.
Selanjutnya, lewat tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter.
Baca: Warga Berbondong-bondong Datangi Puskesmas Carita Cari Anggota Keluarganya Korban Tsunami
Yang terakhir tidegauge Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 meter.
Menurut dia, berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi kali ini mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah lalu.
"Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek," katanya.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diiimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," ujarnya.
Tewaskan Istri Ade Jigo dan Bassist Seventeen
Bencana tsunami yang terjadi juga merenggut nyawa istri Ade Jigo dan bassist band Seventeen yang kala itu sedang mengadakan konser di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten.
Masih mengutip dari Kompas.com, omedian Ade Dora atau Ade Jigo mengaku terseret arus hingga ke gorong-gorong ketika bencana tsunami Banten menerjang pada Sabtu (22/12/2018) malam.
"Saya dapat tali agar bisa pegangan dan bernafas, anak saya angkat duluan, dan saya lemas, anak saya lemas (usai bertahan dari terjangan gelombang). Ternyata itu saya berada di gorong-gorong pembuangan air kolam renang," ungkap Ade.
Menurut Ade, kala itu dia terjebak beberapa saat sebelum akhirnya ada orang yang berhasil menemukannya dan memberi pertolongan.
"Kami terjebak selama dua menit. Ada orang yang buka pintu (gorong-gorong), saya selamat," ucap Ade.
Baca: Rentan Bencana Gelombang Laut, BPPT Kembali Ingatkan Pentingnya Alat Deteksi Dini Tsunami
Setelah memastikan ia dan anaknya dalam kondisi aman, Ade kemudian mencari keberadaan istrinya dan anaknya yang satu lagi.
"Anak saya dua yang ikut, yang satu digendong saya. Sampai saya tenang, minum dulu, baru saya mulai mencari anak dan istri saya. Pas saya cari pertama ke klinik, ternyata anak saya dan mbaknya (pengasuh) ada di klinik," tutur Ade.
Setelah beberapa jam, akhirnya ia menemukan istri, namun dalam kondisi sudah tak bernyawa.
"Saya sampai di klinik jam satu (dini hari), di klinik juga sempat mati lampu, setelah lihat saya ada satu jenazah di belakang, ternyata itu jenazah istri saya," ujar Ade dengan suara lirih.
Seperti diberitakan sebelumnya, tsunami yang melanda Banten dan Lampung terjadi pada Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 21.27 WIB.
Faktor penyebab tsunami masih dilakukan penyelidikan oleh BMKG untuk mengetahui secara pasti.
Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama.
Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang terjadi tiba-tiba yang menerjang pantai.
BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya.
Tsunami Pantai Anyer dan Lampung Selatan sebelumnya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebut sebagai gelombang tinggi.
Baca: Rombongan Kemenpora Jadi Korban Tsunami Banten, Satu Orang Meninggal Dunia
Petugas masih terus berusaha melakukan evakuasi korban tsunami Pantai Anyer.
Petugas masih mendatangi sejumlah desa di kawasan Pantai Pandeglang, mulai dari Tanjung Lesung sampai Sumur di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
(Tribunstyle/ Irsan Yamananda)