Rentan Bencana Gelombang Laut, BPPT Kembali Ingatkan Pentingnya Alat Deteksi Dini Tsunami
Hammam Riza, menyebut tim dari Pusat Teknologi Reduksi dan Risiko Bencana (PTRRB) BPPT saat ini tengah melakukan kajian di wilayah terdampak bencana.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana gelombang tsunami kembali menerjang daratan Jawa. Kali ini gelombang setinggi 1 meter melanda wilayah Banten dan Lampung, Sabtu (22/12/2018) malam tadi.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza, menyebut tim dari Pusat Teknologi Reduksi dan Risiko Bencana (PTRRB) BPPT saat ini tengah melakukan kajian di wilayah terdampak bencana.
Lebih lanjut, Hammam mengatakan bahwa bencana ini kembali menyadarkan kita akan pentingnya teknologi, yang mampu mengurangi dampak kebencanaan seperti ini.
“Sesegera mungkin, Indonesia harus membangun fasilitas alat deteksi Tsunami. Dalam hal ini BUOY Tsunami maupun CBT atau Cable Based Tsunameter," ungkap Hamman melalui pesan singkat, Minggu (23/12/2018).
BPPT sebagai salah satu aset pemerintah dalam bidang teknologi imbuhnya, merasa perlu mengoptimalkan peran Teknologi bagi kesiapan kita dalam menghadapi bencana.
Baca: Satu Kompi Brimob dan Tim DVI Evakuasi dan Identifikasi Tsunami Selat Sunda
"Kami siap jika diminta untuk segera membangun kembali fasilitas alat deteksi dini tsunami, baik BUOY maupun CBT," ujarnya.
Hammam menyatakan, bahwa jangan melulu disibukkan dengan upaya penanganan pasca gempa, sementara upaya antisipasi masih sangat minim, bahkan belum menjadi fokus perhatian.
Perlunya membangun kemandirian teknologi peringatan dini (early warning system) sebagai komponen pembangunan nasional.
BPPT katanya, telah memiliki berbagai teknologi yang siap digunakan untuk mengantisipasi bencana gempa bumi serta tsunami.
"Kita harus lebih advance dalam mengantisipasi bencana dengan menggunakan teknologi. Selain itu, sinergi dan komitmen yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan juga dibutuhkan. Teknologi mampu berperan signifikan dalam upaya mengurangi risiko bencana,” tegasnya.
Kaji Cepat Teknologi
Sementara, pakar tsunami BPPT, Widjo Kongko yang melakukan kaji cepat mengungkapkan, ada indikasi tsunami tersebut disebabkan oleh erupsi Anak Krakatau.
"Kemungkinan besar terjadi flank failure/collapse akibat aktivitas Anak Krakatau petang ini dan akhirnya menimbulkan tsunami," katanya.
Jika benar hal itu menjadi penyebab, maka fenomena ini diduga olehnya, masih berpotensu berulang.
"Aktivitas Anak Krakatau belum selesai dan flank atau collapse yang terjadi bisa memicu ketidakstabilan berikutnya," jelasnya.
Untuk itu, Hammam menyebut pihaknya berduka atad musibah ini, BPPT juga akan terlibat dalam mencari penyebab dan solusi atas bencana ini.
"Sesuai arahan BMKG, kami himbau agar masyarakat tetap tenang dan siaga dengan mengikuti instruksi aparat yang berwenang," pungkasnya.