Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Psikolog Forensik Bicara 'Dark Number' Kekerasan terhadap Personel KPK

Kekerasan bahkan ancaman pembunuhan terhadap personel KPK sesungguhnya tidak terlalu luar biasa. Biasa saja. Risiko tugas.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Psikolog Forensik Bicara 'Dark Number' Kekerasan terhadap Personel KPK
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Suasana rumah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif di Kalibata Selatan, Jakarta, Rabu (9/1/2019). Rumah pimpinan KPK tersebut dilempari botol berisikan spirtus dan sumbu api (molotov) di halaman rumah pada Rabu (9/1) pagi. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekerasan bahkan ancaman pembunuhan terhadap personel KPK sesungguhnya tidak terlalu luar biasa. Biasa saja. Risiko tugas.

Tapi mengabaikannya begitu saja juga tidak dibenarkan.

Demikian dikemukakan Reza Indragiri Amriel, Psikologi Forensik, kepada media, Kamis (10/1/2019).

"Paling awal, perlu dibandingkan data di KPK dan data di kepolisian," ujar Reza.

Pertanyaannya, menurut Reza, dari seluruh kekerasan yang dialami personel KPK, apakah semua kejadian tersebut dalam posisi terlaporkan ke kepolisian? Berapa banyak yang dark number? Lantas bagaimana respon kepolisian terhadap laporan-laporan tersebut?

"Juga, untuk kejadian yang bukan delik aduan, seberapa banyak kejadian yang dialami personel KPK masuk dalam radar polisi?" ujarnya.

Baca: Rumah Pimpinan KPK Diteror Bom Oleh Orang Tak Dikenal, Diduga Orang Yang Sama Hingga Cerita Laode

Dia mempertanyakan apakah data atau jawaban atas hal-hal tersebut meletakkan dasar bagi simpulan apakah KPK selama ini dalam kondisi terjaga atau tidak?

BERITA REKOMENDASI

"Data resmi lembaga diharapkan lebih objektif, sehingga akan bisa mematahkan 'data' dari media yang boleh jadi bias (kabar buruk adalah kabar baik)," ujarnya.

Baca: Kena Semprot Polisi Bahas 45 Artis Terlibat Prostitusi, Billy Syahputra: Gue Mah Salah Aja

Menurut Reza, ekspos data menjadi kian penting karena, getirnya, 'data' media justru acap membangkitkan ingatan publik pada nasib sejumlah nama semisal Novel Baswedan dan Tama Langkun.

"Ingatan itu, andai tidak dibendung, bisa menggiring persepsi publik untuk sampai pada pemikiran spekulatif bahwa personel KPK dan pegiat antikorupsi seolah tidak terjaga dan kekerasan-kekerasan yang mereka alami tidak tertangani tuntas oleh sistem peradilan pidana," katanya.

Reza sepenuhnya mendukung KPK memburu koruptor. Serta mendukung Polri memburu pelaku lapangan dan otak penyerangan terhadap personel KPK.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas