Cucunya Terserang Demam Berdarah, Jusuf Kalla Tekankan Pentingnya Pencegahan
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku sejumlah anggota keluarganya terserang Demam Berdarah Dengeu (DBD).
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku sejumlah anggota keluarganya terserang Demam Berdarah Dengeu (DBD).
Jusuf Kalla mengatakan penyakit musim penghujan tersebut tidak memandang siapa pun.
"Termasuk cucu saya kena. Cucu, adik kena juga. Jadi ini tidak pilih-pilih (DBD). Tidak menjamin cucu wapres (tak kena DBD)," kata Jusuf Kalla di kantornya, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (29/1/2019).
Baca: Kapolri: Kampanye Negatif Masih Kita Tolelir Asal Sesuai Fakta
Untuk itu, dirinya berpesan kepada masyarakat untuk dapat mencegah penyakit tersebut, satu di antaranya dengan mencegah adanya genangan-genangan air.
"Tentu pertama pencegahan. Itu kan juga masyarakat bukan hanya pemerintah. Masyarakat harus mencegah genangan-genangan air di selokan, karena itu sumbernya. Tempat-tempat yang rawan, sampah-sampah," ungkapnya.
Sejauh ini, Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah berperan untuk menyediakan fasilitasi perawatan dan pengobatan bagi pasien DBD.
Baca: Rizal Ramli Sebut Jokowi Miliki Karakter Lemah
"Tentu menyiapkan fasilitas pengobatannya (pemerintah) dengan baik," kata Jusuf Kalla.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ditemukan kasus DBD di berbagai daerah.
Bahkan, di beberapa daerah terjadi peningkatan kasus DBD seperti Kabupaten Kuala Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT, Sulawesi Utara, dan daerah lainnya di Indonesia.
Baca: Gatot Nurmantyo Belum Tentukan Arah Dukungannya dalam Pilpres 2019
Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI disebutkan distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah suspek DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.