Jokowi: Kita Sudah Stop Impor Jagung 3,6 Juta Ton, pada 2018 Kita Ekspor 380 Ribu Ton
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmennya ata persoalan status Penyuluh Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmennya atas persoalan status Penyuluh Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yang belum diangkat menjadi PNS.
Jokowi mengatakan, pemerintah akan menyelesakan persoalan tersebut secara berkala.
"Kita bicara apa adanya, problem THL-TBPP kita selesaikan secara bertahap. Kita siapkan dulu payung hukumnya, agar tidak nabrak-nabrak undang-undang. Besok saya akan panggil Menpan RB, saya akan tanya aturannya seperti apa" kata Jokowi dalam Silaturahmi Nasional dengan THL-TBPP se-Indonesia dengan tema "Satu Tekad Satu Tujuan, Kedaulatan Pangan Nasional”, di GOR Jatidiri, Semarang, Minggu (3/2/2019).
Presiden Jokowi berpesan agar penyuluh secara bersama-sama terus mengawal dan mendampingi para petani dalam menjaga dan meningkatkan produksi pertanian.
Jokowi pun mengatakan banyak keberhasilan yang sudah dicapai dari sektor pertanian.
Baca: Mirip Film Laga Aksi, Kejar-kejaran Polisi dan Toyota Avanza di Surabaya
Namun, tentunya masih banyak yang harus terus dikerjakan.
"Untuk jagung sebagai contoh, kita sudah bisa menyetop impor 3,6 juta, dan kita kemarin tahun 2018 sudah ekspor jagung sebanyak 380 ribu ton. Berarti kita sudah mengurangi impor sekitar 3,4 juta ton. Ini atas kerja keras Bapak dan Ibu dari THL-TBPP." katanya.
Presiden Jokowi mengingatkan perlunya mengatur waktu penanaman agar saat panen tidak over supply yang mengakibatkan harga anjlok.
"Diperlukan pengaturan-pengaturan, komunikasi antara kita diseluruh tanah air diperlukan untuk menjaga supply dan demand pada manajemen makro," ucap Jokowi.
Kebijakan Berpihak Ke Petani
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa kebijakan pemerintah telah membuahkan hasil luar biasa pada Era Kabinet Jokowi-JK.
Ia mencontohkan, terkait produktivitas jagung, tidak lepas dari inisiatif Kementan untuk menetapkan aturan harga jagung di petani minimal Rp 3.150 per kg pada awal pemerintahan.
Kebijakan ini juga ditopang dengan program lain terkait produksi jagung secara besar-besaran.
Program terobosannya berupa pemanfaatan benih unggul jagung tongkol dua dan jagung hibrida.
Baca: Jadwal dan Live Pertandingan Liga Inggris Pekan 25 Minggu Malam Ini
Selain itu, dilakukan peningkatan Indeks Pertanaman jagung di sawah, perluasan di lahan kering, integrasi jagung-sawit lewat tumpangsari, serta tanam jagung di lahan hutan.
"Bahkan di lahan seperti kuburan, pematang sawah dan pinggir jalan pun ditanami jagung saat ini. Pemuda tani milenial pun bertanam jagung karena menguntungkan," ucap Amran dalam keterangan yang diterima.
Amran, menyatakan dari aspek hilir, Kementan juga memperhatikan disediakan sarana pasca panen dan bermitra dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).
Hasilnya produksi meningkat sehingga Indonesia mampu menyetop impor 3,5 juta ton, dalam hitungan kasar bila dihitung selama 4 tahun itu setara Rp 40 triliun.
Pada 2017, Amran mrnyatakan tidak impor jagung pakan ternak dan bahkan tahun 2018 sudah ekspor 341 ribu ton.
Baca: Keluarga Jadi Penentu Keputusan Arjen Robben dan Klub Jepang Ini Bisa Beruntung
"Memang ada impor sisa 130 ribu ton pada akhir 2018 oleh BULOG, bukan oleh swasta. Ini dibagikan khusus peternak kecil untuk pakan unggasnya dan sebagai stock berjaga-jaga, tidak dijual bebas di pasar," kata Amran.
Untuk diketahui data FAO, 2018 Indonesia peringkat 8 produsen jagung terbesar dunia setelah Amerika Serikat, China, Brasil, Argentina, Ukraina, Mexico dan India.
Perhatian Khusus untuk Penyuluh
Terkait acara tersebut, Amran menegaskan bahwa THL-TBPP ini sangat diperlukan, karena memiliki pengalaman mendampingi petani.
Bahkan menurutnya ada yang sudah pengalaman sampai dengan 13 tahun mendampingi petani.
"Kalau bicara THL-TBPP, ya lihat saya sekarang. Saya adalah penyuluh, suatu saat nanti yang hadir di sini bisa juga menjadi Menteri Pertanian," tutur Amran.
Perpanjangan kontrak kerja TLH-TBPP telah ditandatangani kembali oleh Menteri Pertanian berdasarkan Keputusan Menteri pertanian nomo 67 tahun 2019 tentang tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertania kemeterian pertanian tahum 2019.
Pada awal tahun 2018, Kepmentan Nomor 72/2018 terbit dan menjadi bentuk kontrak kerja oleh 12.548 orang THL-TBPP di seluruh Indonesia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Momon Rusmono menuturkan pihaknya selalu melakukan audiensi sesuai dengan tata cara birokrasi yang berlaku di Indonesia.
Baca: Bocah Asal Filipina Ini Gunakan Sandal Karet karena Tak Mampu Beli Penghapus
"Baik dengan KemenPAN RB, dimanakah kira-kira slot untuk memungkinkan mereka bisa masuk. Upaya-upaya tersebut kami sudah tempuh," katanya.
Untuk diketahui, hingga sekarang jumlah penyuluh pertanian pusat dan daerah terdiri dari PNS 31.511 orang (termasuk pengankatan CPNS 2017 sebanyak 6.033 orang) dan jumlah THL-TBPP sebanyak 12.548 orang.
PermenPAN-RB No. 8 Tahun 2016 spesifik dalam lingkup jabatan maupun soal persyaratan usia.
Spesifik usia, karena PP 89/2000 sebagai landasan operasional Permenpan tersebut menetapkan syarat 18 – 35 tahun.
Momon menyatakan bahwa, Kepres bukan aturan yang berdiri sendiri, yang terlepas dari aturan perundang-undangan lainnya.
Secara garis besar urutan tingkatannya adalah UUD, UU, Perppu, PP, Pepres, dan Kepres, serta aturan perundangan di bawahnya.
Baca: Biar Aman, Perhatikan Hal Ini Saat Ganti Boring di Motor 2-Tak
Dihubungi terpisah, Ketua Forum Komunikasi Nasional (FK Nas) THL TBPP, Gunadi menuturkan pihaknya telah bertemu langsung dengan Presiden RI Joko Widodo dan Menteri Pertanian.
THL-TBPP adalah Tenaga Harian Lepas (kontrak) Penyuluh Pertanian yang direkut Pemerintah Pusat yakni Kementrian Pertanian RI sejak tahun 2007-2009 untuk menjaga kedaulatan pangan.
Adapun tugas utama mendampingi petani dalam melaksanakan budidaya, pengendalian hama dan penyakit, penangan pasca panen serta pemasaran hasil.
"Jadi intinya THL-TBPP adalah wakil pemerintah yang hadir di tengah-tengah petani," kata Gunadi.
Gunadi mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi yang telah mengangkat sebanyaki 6.058 THLTBPP usia dibawah 35 tahun menjadi Penyuluh Pertanian PNS meskipun pemerintah sebelumnya memberlakukan moraturium pengangkatan PNS.
Ucapkan terima kasih teriring kepada Bapak Presiden Joko Widodo yang memberikan kesempatan kepada 17.000 penyuluh THL TBPP dan Tenaga Teknis Pertanian lainnya untuk mengikuti tes ASN yang rencananya akan dimulai awal bulan Februari tahun 2019.
"Akan menjadi semakin sempurna nikmat yang kami rasakan jika Bapak Presiden Joko Widodo berkenan menerbitkan Keppres bagi pengangkatan THL-TBPP usia diatas 35 tahun menjadi CPNS sebagaimana Keppres Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Pengangkatan Tenaga Dokter Gigi dan Bidan PTT," ujarnya.