Tidak ada Bocoran Kisi-kisi di Debat Kedua
Hal tersebut diperkuat juga dalam fakta integritas para panelis, komisioner KPU dan moderator untuk tidak akan membocorkan kisi-kisi.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Direktur eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengungkapkan, ada satu hal yang posiitif dari debat capres kedua ini. Yaitu tidak ada kisi-kisi atau pertanyaan yang diberikan kepada masing-masing capres.
Hal tersebut diperkuat juga dalam fakta integritas para panelis, komisioner KPU dan moderator untuk tidak akan membocorkan kisi-kisi.
"Tentu saja hal tersebut akan membuat suasana debat kedua akan lebih menarik daripada debat pertama. Semoga dengan format baru ini bisa meningkat animo masyarakat untuk menyaksikan debat kedua," ungkapnya.
"Tapi jika dalam segmen debat hanya diberi waktu 2 - 3 menit akan membuat debat kurang menarik karena masing-masing capres tidak cukup untuk mengelaborasi materi debat. Fungsi moderator juga sangat strategis untuk menghidupkan susana debat menjadi lebih berbobot," lanjutnya, Jumat 15/2/2019).
Terkait dengan persiapan masing-masing capres, menurutnya yang paling penting adalah menyiapkan data data yang terkait dengan tema seperti data-data tentang pangan, energi, infrastruktur, sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
"Bagi Jokowi, tentu akan menggunakan data data capaian selama masa pemerintahannya dengan menggunakan data versi pemerintah. Dalam hal ini, posisi Jokowi sebagai petahana tentu akan mengeksplorasi keberhasilan," kata dia.
Sementara Prabowo berada pada posisi penantang. Oleh karena itu, kecenderungannya Prabowo akan lebih mengeksplorasi kelemahan Jokowi. Misalnya, kemungkinan Prabowo akan mengangkat sejumlah kebijakan yang bisa dijadikan kelemahan seperti isu impor pangan, utang, pengelolaan SDA yang masih banyak dikelola oleh asing," papar Karyono.
Bahkan bisa jadi, lanjutnya Prabowo akan mengangkat isu kebocoran anggaran pembangunan. Narasi tersebut sering diangkat oleh Prabowo dan kubunya. Meski demikian, dalam melakukan serangan seharusnya didukung oleh data yang kuat.
Dirinya menyayangkan Prabowo lebih sering mengeluarkan pernyataan pernyataan bombastis dan hiperbola yang minim data. Bahkan kerap tanpa disertai data kuatitatif. Itulah kelemahan Prabowo.
Baca: Ketum Golkar Yakin Elektabilitas Jokowi Melesat Setelah Debat Kedua
Menghadapi, serangan Prabowo, maka Jokowi dan timnya, ia menyarankan harus menyiapkan jawaban-jawaban yang bernas yang didukung data data yang kuat.
Terkait dengan gaya komunikasi kedua capres tersebut ada perbedaannya, Prabowo lebih menggebu-gebu dengan gaya orator. Sementara Jokowi lebih pelan dan hati-hati. Kesamaannya adalah kedua capres tersebut memiliki karakter bicara dengan gaya bebas dan mengalir," lanjurnya.
Karyono menyarankan kembali, tipe Jokowi dan Prabowo tidak boleh terlalu dibatasi atau diframe, jangan terlalu dijejali informasi dan data data terlalu banyak yang justru bisa membingungkan. Cukup poin-poin penting atau garis-garis besarnya saja.
"Tidak perlu terlalu banyak aturan yang mengekang. Biarkan mereka mengekspresikan originalitasnya. Yang penting tidak melanggar rambu-rambu debat," sarannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.