Ini Pesan Menhub Saat Melepas Mudik Bareng Alumni Sriwijaya
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melepas rombongan mudik bareng alumni Sriwijaya untuk Jokowi
Penulis: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melepas rombongan mudik bareng alumni Sriwijaya untuk Jokowi. Sebanyak enam unit bus diberangkatkan ke Palembang dari Rumah Aspirasi Jokowi-Maaruf Amin di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/3/2019).
Pelepasan mudik bareng alumni Sriwijaya ini juga turut dihadiri oleh Ketua Harian Tim Kampanye Nasional (TKN) Moeldoko dan beberapa artis asa Sumatera Selatan seperti Anwar Puadi, Dwi Yan dan Roy Marten.
Dalam sambutanya, Budi Karya menyampaikan bahwa Jokowi menjadikan Provinsi Sumatera Selatan khususnya Palembang sebagai contoh pembangunan infrastruktur.
“Karena dinamika yang disana mengharuskan kita (pemerintah) memberikan dukungan, apalagi pembangunan kita sekarang bukan Jawa centris. Yang dibangun justru diluar pulau Jawa,” kata Budi
Sebab, sambung Budi, sejak tujuh era pemerintahan hanya dizaman Jokowi pembangunan infrastruktur digalakan. Bahkan dari sisi pembangunan infastuktur tidak ada pemerintahan yang dapat menandingi Jokowi dalam hal membangun.
Mantan Dirut Angkasa Pura II ini memberi contoh kecil, yakni keputusan Jokowi membangun MRT saat menjabat Gubernur DKI Jakarta, menurutnya hal tersebut merupakan satu langkah yang berani. Pasalnya, kata Budi, syarat untuk memajukan negara harus dibarengi dengan pembagunan infrastruktur.
“Oleh karenanya, kita sebagai relawan yang harus dikakukan, ialah dor to dor, sampaikan kepada orang-orang bahwa pemerintah akan menuntaskan pembangunan ini dengan baik,” ujar Budi.
Sementara Moledoko dalam pembekalanya kepada peserta mudik bareng ini menyampaikan bahwa saat ini relawan perlu mencermati dua hal penting yakni fakta anomali yang terjadi dimana kaum berpendidikan banyak memiliki pikiran tidak logis dimana isu bahwa jika Jokowi menang maka pendidikan agama akan dihilangkan serta LGBT bakal disahkan.
“Ini sama sekali berpikiran tidak logis dan ini diserap orang yang berpendidikan, jangan sampai isu itu menutup keberhasilan Jokowi, ini berpengaruh di survei,” kata Moeldoko.
Kemudian hal yang kedua yakni paradoks, dimana setiap isu yang dilempar kepada publik selalu bertentangan dengan fakta yang ada, seperti harga-harga yang dikatakan melonjak namun ketika dicek semuanya stabil dan tidak ada sama sekali kenaikan.
“Terus banyak pengangguran, ternyata tidak, data BPS clear, jadi semua yang dihembuskan ternyata kebaliknnya ini harus disikapi serius,” pungkas Moeldoko.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.