Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penanganan Karhutla di Riau, Hotspot Menurun Drastis

Hingga 5 Maret 2019, telah dilakukan sebanyak 966 kali pemadaman lewat udara (Water Boombing) dengan air yang dijatuhkan

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Penanganan Karhutla di Riau, Hotspot Menurun Drastis
Ist
Karhutla 

''Jika hanya mengandalkan Manggala Agni saja jelas kurang. Karenanya pengendalian Karhutla harus ditangani secara bersama-sama,'' kata Koordinator Manggala Agni Riau, Edwin Putra.

Cerita Manggala Agni

Salah seorang anggota Manggala Agni menjadi garda terdepan untuk penanganan Karhutla di Riau.  Mislanya Fauzi , 41 tahun, anggota Manggala Agni Daops Dumai. Ayah tiga anak ini sudah hampir tiga minggu keluarganya yang tinggal di Dumai, untuk memadamkan titik api di Pulau Rupat.

Ia memang sempat pulang, namun hanya beberapa jam saja di rumah, kemudian berangkat lagi menyeberang. Saat sedang berjibaku memadamkan api di Rupat, Fauzi sempat mendapat kabar bila kawasan di sekitar rumahnya di jalan Meranti kota Dumai, justru terbakar. Untungnya api tak sampai melahap rumahnya.

''Saya hanya pulang untuk melihat kondisinya, beberapa jam saja di rumah, lalu menyeberang lagi ke Rupat. Sekarang titik api memang sudah padam, namun kami masih harus melakukan proses pendinginan,'' kata Fauzi, kemarin, ketika menceritakan pengalamannya ikut Manggala Agni memadamkan kebakaran lahan dan hutan.

Anggota Manggala Agni Daops Dumai yang berjaga di Rupat, tepatnya di Desa Terkul, tetap penuh semangat. Malam semakin dingin, aroma lahan terbakar dan asap semakin menyengat. Sambil beristirahat, cerita-cerita mengenai pengalaman memadamkan titik api Karhutla mulai mengalir.

Azmi (40) berbagi kisah, ketika dirinya dan rekan-rekan Manggala Agni pernah terkepung titik api hebat, saat Karhutla tahun 2010 silam.

Berita Rekomendasi

Saat itu Azmi dan rekan-rekannya sedang memadamkan api di Medang Kampai, Dumai. Mereka berusaha memadamkan titik api yang sedang menuju pondok-pondok kayu yang ditinggali warga. Ada Ibu-ibu, dan anak-anak juga. Mereka memang tinggal di lahan tersebut untuk berkebun.

''Mereka sudah berteriak minta tolong, dan Alhamdulillah berhasil kita selamatkan. Namun tak lama kemudian, kami dapat kabar kalau api berputar ke arah barak tempat kami tinggal,'' kata Azmi.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas