Kementan Optimistis Program Serasi di Kalsel Sesuai Harapan
Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan (Kalsel) sesuai harapan. Pasaln
Editor: Content Writer
Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan (Kalsel) sesuai harapan. Pasalnya, sebelum menentukan target 250 ribu hektare, Kementan sudah lama membuat percontohan di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan pada bentangan potensi lahan rawa seluas 4.000 hektare.
"Kegiatan tersebut telah berhasil mengubah wajah pertanian rawa di Jejangkit, yang awalnya banyak lahan yang tidak dikelola karena faktor-faktor masalah pada laha rawa, saat ini lahan rawa di sana telah dikelola dan ditanami dengan tanaman padi," ungkap Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, Kamis (14/3).
Kegiatan pilot percontohan lahan pertanian terpadu yang dikembangkan melalui kegiatan optimasi lahan rawa bertumpu pada sejumlah kegiatan. Di antaranya pembuatan polder keliling dan tanggul pada saluran tersier dengan menggunakan excavator, normalisasi kanal sekunder pada daerah irigasi rawa Jejangkit dengan menggunakan excavator dan pembuatan saluran tersier baru untuk membawa air hingga ke tengah lahan.
"Selain itu juga dibuatkan pintu-pintu air yang berfungsi sebagai pengatur air pada saluran-saluran di lokasi lahan. Juga ada penggunaan pompa aksial yang memiliki kapasitas besar," ungkap Sarwo Edhy.
Program ini juga melibatkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan). Seperti traktor roda 2, traktor roda 4 dan bulldozer D21 yang didesain khusus untuk lahan rawa untuk proses pengolahan lahan.
Selain itu, juga dilakukan langkah menaikkan ph tanah dengan menggunakan berbagai teknologi. Di antaranya penggunaan amelioran kapur pertanian dan mikroba tanah.
"Juga dilakukan pemanfaatan decomposer hasil riset Balittra untuk mempercepat proses penguraian sisa-sisa rumput belukar yang dibersihkan. Sehingga tidak diperlukan pembakaran. Dan Penggunaan benih resisten genangan dan kemasaman, seperti Inpar," jelasnya.
Pola optimasi lahan rawa yang dilaksanakan Kementan ini telah terbukti berhasil membalikkan kondisi rawa yang suram, menjadi harapan sumber penghasil pangan masa depan.
Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen PSP, Indah Megahwati menyampaikan, Kalsel memiliki lahan rawa hampir 80% dan merupakan potensi besar. Namun, untuk mengoptimalkan potensi tersebut tidak mudah.
Menurut dia, bukan hanya tanahnya yang memerlukan waktu untuk proses perbaikan, Sumberdaya Manusia (SDM), juga menjadi kendala. Dia mencontohkan, lahan yang sebelumnya sudah pemerintah buka untuk budidaya padi, ternyata wilayah itu tidak ada penduduknya, sehingga pemerintah kesulitan mencari yang akan bertanam.
Kendala pemanfaatan lahan di Kalsel, menurut Indah, tidak semudah lahan rawa yang dibuka di Sumatera Selatan yang kemudian dikelola pihak swasta. Di Kalsel, pemerintah berkeinginan masyarakat setempat ikut berperan mengelola lahan tersebut dengan dibantu pemerintah dan TNI.
Karena itu kemudian, pemerintah memberikan contoh cara mengelola lahan rawa dan memfasilitasinya hingga berjalan. Bahkan kini akses di lokasi Jejangkit sudah jauh lebih baik dan desanya pun terbangun.
“Awalnya akses jalanannya tidak bisa dilalui mobil karena hanya jalan kecil. Lalu dengan adanya optimalisasi lahan rawa tersebut akhirnya dibuat jalan untuk mobilisasi alat-alat berat. Jalannya sudah diaspal, listrik juga, pompa besar. Kini, lokasi ini juga ada integrasi ternak ayam, itik, ikan, juga komoditas pertanian lainnya seperti sayuran,” tuturnya. (*)