Cerita Tiga Sahabat Jokowi saat Naik Gunung Kerinci: Pendiam, Sepatu Kets, Ketinggalan Pesawat
Pendakian ke Gunung Kerinci menghabiskan 14 hari, dihitung mulai berangkat dari Yogya sampai lokasi, pergi pulang.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Rachmat Hidayat
Ia masih ingat nama desa itu Kersik Tuo, pintu masuk ke Kerinci. "(Desa itu) masih terbelakang banget. Orang desa jarang minum obat, kalau dikasih obat itu sembuh. Dia (Jokowi) kasih obat buat warga yang ngeluh sakit. Macam-macam lah, sakit rematik dikasih obat flu (bisa) sembuh," kenang Ucok Nasution.
Sepatu kets
Saat akan kembali ke Jakarta, tim pendaki gunung itu kehabisan dana. "Beliau kasih solusi yaitu minta bantuan kepada kakak‑kakak tingkat alias senior kami yang saat itu sudah bekerja," tambahnya.
Pendakian ke Gunung Kerinci menghabiskan 14 hari, dihitung mulai berangkat dari Yogya sampai lokasi, pergi pulang. "Pendakiannya memakan waktu sekira 5 harian, karena dibarengi ekspedisi mengenai flora dan fauna. Di kaki gunung Kerinci itu ada taman nasional namanya Kerinci Seblat," tambah Ucok.
Medan di Kerinci sulit atau tidak? "Dulu ada beberapa dari teman kami yang sudah biasa (mendaki Kerinci). Saat itu belum ada GPS (global positioning system), jadi kami baca peta dan bawa kompas," kata Ucok.
Sedang Erwansyah, juga teman Jokowi di Mapala Silvagama, menyebut karakter pria asal Solo dari dulu tak berubah. "Dia orangnya sabar, fokus dan disiplin, itu yang pasti, dan dia punya prinsip ya, dia tidak pernah mau ribut, tidak pernah marah dan sebagainya," kata Erwansyah.
Menurutnya, kesukaan Jokowi pakai sepatu kets sudah sejak dulu. "Teman-teman pendaki gunung suka pakai sepatu bot, sedang Jokowu sukanya sepatu kets. Dari dulu ia begitu," tambah Erwansyah.
Edy Pramodja, teman Jokowi lainnya, menambahkan sejak mahasiswa Jokowi tidak merokok. "Saat itu ia tidak ikut dalam kegiatan politik mahasiswa (kelompok nasionalis dan kelompok religius). Ia justru mengumpulkan teman‑teman supaya kompak melalui kegiatan di Silvagama," kata Pramodja.