Melihat 'War Room' Rekapitulasi Suara Badan Saksi Nasional PDIP
Kegiatan di ruang itu merupakan bagian dari pemantauan internal Badan Saksi Nasional PDIP dalam merekapitulasi hasil Pileg dan Pilpres 2019.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah orang terlihat sibuk di depan layar komputer di ruang lantai 4, Gedung DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Sebagian dari mereka sibuk menginput data. Kurang lebih ada 10 buah komputer yang dalam kondisi aktif. Sebagian orang yang diruang tersebut tanpa menyoroti 4 layar LCD besar.
Sesekali mereka berbincang mengenai hasil rekapitulasi hasil Pemilu Presiden dan Pemilu Caleg di seluruh Indonesia.
Sebuah layar berukuran 60x40 cm menunjukan gambar Pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Tertera tulisan Live Perolehan Suara Pilpres 2019.
Di bagian tengah layar, ada sebuah lingkaran berwarna merah yang tampak tak penuh menunjukan angka Jokowi-Amin 58 persen. Sementara, bagian warna abu-abu menujukan nama Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 42 persen.
Baca: PDIP Tantang Kubu Prabowo Buka-bukaan Data Klaim Kemenangan
Sementara, pada bagian layar lainnya menunjukan angka-angka perolehan suara Caleg PDIP yang bertarung memperebutkan kursi DPR RI.
Data ini terus menunjukan pergerakan setiap detiknya. Itu dipengaruhi dari hasil kiriman perhitungan suara disejumlah daerah.
Kegiatan di ruang itu merupakan bagian dari pemantauan internal Badan Saksi Nasional PDIP dalam merekapitulasi hasil Pileg dan Pilpres 2019.
Hal ini sebagai bukti bahwa PDI Perjuangan menjunjung tradisi transparansi dan akuntabilitas dalam menghitung suara rakyat.
"Suara yang mencerminkan prinsip kedaulatan rakyat yang harus dihormati, suara yang tidak boleh diklaim oleh pihak manapun," kata Sekertaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di ruang ruangan Badan Saksi Nasional PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2019).
Hasto mengatakan, PDIP sangat berbuka jika ada pihak-pihak yang mencoba mengaudit kamar penghitungan secara langsung.
"Ini ruangan Badan Saksi Nasional masuk kategori restricted area, tapi demi tanggung jawab terhadap publik karena kami tidak ingin ada pihak-pihak yang mengklaim secara sepihak tanpa didukung oleh data," ucap Hasto.
Ia pun menyindir kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang telah mendeklarasi kemenangan meski disejumlah Quick Count atau hitung cepat sementara kalah dari Paslon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Bahkan, Sekertaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf ini menantang kubu Prabowo-Sandi untuk membuka data terkait kliem kemenangan itu.
Hasto menyebut, pihak-pihak yang berupaya mengkliem kemenangan tanpa menunjukan transparansi data dan infrastruktur data sama saja mencederai proses demokrasi.
"Mengklaim secara sepihak tanpa mempertanggungjawabkan secara penuh data-data rekapitulasi yang dimilikinya maka itu adalah bagian dari upaya-upaya memprovokasi yang bisa berdampak pada rusaknya seluruh upaya membangun kepercayaan terhadap sistem demokrasi itu sendiri," pukas Hasto.