Saat Ratusan Mahasiswa Trisakti Ziarah ke Makam Seniornya Saat Peringatan 21 Tahun Tragedi Trisakti
Ratusan mahasiswa dari empat Sekolah Tinggi Trisakti berziarah ke makam dua aktivis reformasi Trisakti Elang Mulya Lesmana dan Herry Hartanto.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
"Keterbukaan itu memang telah membuat atmosfer demokrasi membaik. Namun transisi demokrasi tersebut telah dimanfaatkan oleh kekuatan Orba untuk kembali berkuasa. Dan bagian dari unsur kekuatan lama itu adalah kelompok politik Cendana," kata Mantan Ketua Senat Mahasiswa Trisakti tahun 1997-1998 Julianto Hendro.
Baca: Alur Peristiwa Kasus Kivlan Zen: Pemberian Surat di Bandara, Cegah Dicabut, Hingga Laporkan Balik
Julianto pun membacakan garis besar Keputusan hasil RNA 98 yang pernah dibacakan di hadapan Presiden Joko Widodo.
Ada tiga poin hasil keputusan RNA 98 uanh mereka bacakan.
Pertama menetapkan Pahlawan Reformasi dalam Peristiwa Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi sebagai Pahlawan Nasional.
Kedua lenetapan Hari Bhinneka Tunggal Ika.
Baca: Umuh Muchtar Punya Permintaan Ini ke Robert Rene Alberts
Ketiga mendukung Joko Widodo untuk menjadi Presiden RI periode 2019-2024.
"Butir ketiga tersebut, merupakan kesepakatan bahwa Aktivis 98 memasuki politik kekuasaan. Kebulatan tekad para Aktivis 98 untuk memasuki kekuasaan tersebut bertujuian menjaga berjalannya cita-cita Reformasi 98," kata Julianto.
Untuk itu, mereka berharap peristiwa kelam 21 tahun yang lalu tidak terulang kembali ke depannya.
"Kami para Aktivis 98 tidak menginginkan demokrasi yang sudah berjalan sesuai harapan pada saat ini kemudian harus kembali menjadi kelam, seperti Peristiwa 21 tahun lalu. Maka selain melakukan eksperimen politik parlementer sejak 2009, para Aktivis 98 telah membuat sejarah baru dengan menyepakati untuk berkuasa pada 2019 -2024," kata Julianto.