Analisa Penembakan dalam Kerusuhan 22 Mei, Ditemukan Kejanggalan dari Luka Tembak
Hermawan Sulistyo mengungkapkan analisisnya terkait pelaku penembakan yang menyebabkan delapan orang tewas.
Editor: Fitriana Andriyani
Dari analisis Hermawan, luka tersebut kemungkinan besar bukan berasal dari polisi.
Sebab, bila dalam kondisi tersebut, polisi akan menembak berkali-kali ke arah perusuh.
Maka dari itu, bila polisi pelakunya terdapat lebih dari satu luka tembakan.
"Single bullet itu satu peluru nembak dan kenanya kepala. Kalau polisi, dia pasti dor, dor, dor (memperagakan menembak lebih dari satu kali), banyak. Biasanya lubangnya enggak hanya satu," jelas Hermawan.
Selain itu, posisi luka tembakan juga termasuk janggal.
Bila polisi yang melakukan tembakan maka yang paling mudah adalah mengarah tubuh.
Namun, luka tembakan yang ada pada korban adalah di kepala dan leher.
"Dan yang paling gampang nembak badan, ada lubang dua di depan atau belakang," katanya.
Hermawan mengatakan senjata api yang digunakan untuk menembak adalah jenis glock.
Baca: Fakta Penyuplai Batu dalam Aksi 22 Mei Kesal & Dipukuli Brimob, Andi Bibir: Saya Belum Meninggal
Baca: Aksi 22 Mei, Mantan Komisioner Komnas HAM : Polisi Sudah Ada di Jalur yang Tepat
Senjata api glock termasuk senjata polisi yang digunakan untuk menembak dengan jarak pendek.
Namun saat kejadian berlangsung, ia menyebut tak ada perwira polisi di bagian depan.
Sementara, berdasarkan pengamatan, semua korban ditembak dengan jarak tak lebih dari 100 meter.
"Kan enggak ada perwira yang di depan. Semua kalau kita lihat itu dari jarak tembak yang pendek, tidak lebih dari 100 meter," katanya.