Saat Jokowi Ngomong Soal Calon Menterinya, Bahlil Malah Merendah
Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memilih orang-orang yang berani melakukan eksekusi program atau kebijakan secara tepat
Penulis: Hendra Gunawan
"Ini tugas kita yang mudah-mudah sulit. Bisa dikatakan sulit, dalam 5 tahun kita bubarkan 23 lembaga yang dilihat tidak relevan dengan waktu dan zaman," paparnya.
Bahlil Lahadalia
Pada kesempatan yang sama, Jokowi mengaku kagum dengan sosok Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia.
Kekagumannya tersebut, membuat Jokowi ingin mengangkat Bahlil menjadi menterinya pada Kabinet Kerja periode selanjutnya bersama cawapres Ma'ruf Amin.
"Saya lihat-lihat adinda Bahlil cocok jadi menteri, saya lihat dari atas sampai bawah cocok jadi menteri," ucap Jokowi saat memberikan sambutan buka puasa bersama dengan HIPMI di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Minggu (26/5/2019).
Baca: Sugeng, Terduga Pemutilasi Wanita di Malang, Namanya Cocok Dengan Tato di Kaki Korban
Baca: Sosok Sugeng, Terduga Pelaku Mutilasi di Pasar Besar Malang Ditangkap, Menoleh saat Nama Dipanggil
Jokowi pun meminta para pengurus dan anggota HIPMI yang hadir tidak kaget jika nantinya Bahlil menjadi menteri.
"Pinter membawa suasana, jadi kalau nanti beliau terpilih ya enggak usah kaget. Kan pas kan? Siapa yang setuju?," Ucap Jokowi yang disambut kata setuju dari para anggota HIPMI.
Saat kampanye Pilpres 2019, Bahlil menjadi salah satu pendukung pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf dan dirinya merupakan Direktur Penggalangan Pemilih Muda Tim Kampanye Nasional.
Merendah
Sementara Bahlil Lahadalia menanggapinya dengan merendah.
Ia masih enggan menanggapi terlalu jauh ucapan calon presiden Jokowi yang menilai dirinya cocok menjadi menteri.
"Saya enggak tahu, saya enggak mau berandai-andai lah," ucap Bahlil.
Menurut Bahlil, pemilihan menteri dalam kabinet pemerintahan ke depan merupakan hak prerogatif presiden dan menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi.
"Itu bapak punya kewenangan prerogatif lah, saya enggak boleh menanggapinya. Kalau saya kan hidup dari kampung, berproses alami aja, saya enggak bisa menilai diri saya," kata Bahlil.