Tinggal Mengontrak, Calon Eksekutor Pembunuhan 4 Tokoh Nasional Asal Cibinong Bekerja Sebagai Sopir
TJ, terduga calon eksekutor yang disiapkan untuk membunuh dua tokoh nasional diketahui bekerja sebagai sopir.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - TJ, terduga calon eksekutor yang disiapkan untuk membunuh dua tokoh nasional diketahui bekerja sebagai sopir.
TJ diketahui tinggal di sebuah kontrakan di Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Bersama istri, ibu, dan kedua anaknya, TJ menempati rumah kontrakan berukuran 3 x 5 meter.
Diketahui, TJ membayar kontrakan tersebut bertarif Rp 500 ribu per bulan.
Baca: Kivlan Zen Ditahan di Rutan Guntur Selama 20 Hari atas Dugaan Kepemilikan Senjata Api Ilegal
Selain itu, terlihat di depan kamar kontrakan TJ juga terdapat stiker 'Save Ahmad Dhani' dan juga stiker pasangan capres 02 Prabowo-Sandi.
"Dia emang KK-nya (Kartu Keluarga) masih di sana, di tempat lama. Dia pindah ke sini udah hampir 9 tahun, tapi dia pribumi sini, Cibinong," kata Ketua RT setempat, Madsani, kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (30/5/2019).
Madsani mengaku jarang bertemu dengan TJ karena kesibukan bekerja.
Baca: Fadli Zon Sebut Ancaman Pembunuhan 4 Tokoh Lebay, Ini Tanggapan Polisi
Ia mengatakan TJ diketahui bekerja sebagai sopir dan sebelumnya pernah menjadi seorang satpam.
"Dia (TJ) sopir. Pernah satpam juga tapi berhenti. Kerjanya gak nentu masih pindah-pindah, terakhir sopir dia," kata Madsani.
Baca: Balapan MotoGP di Sirkuit Mugello Tanpa Valentino Rossi, Pilih Tunggangi Motocross
Terkait penangkapan terhadap tersangka TJ, Madsani juga mengaku baru mengetahui setelah ditemui aparat kepolisian setempat.
"Ada kasus ini saya juga gak tahu tuh tadinya, dapat informasi dari Polsek. Sehari setelah penangkapan," kata Madsani.
TJ merupakan satu dari enam tersangka yang ditangkap polisi terkait kasus kerusuhan 22 Mei.
Baca: Ketika Cak Lontong Beraksi di Gedung Bawaslu, Para Personel TNI/Polri Pun Tertawa Terbahak-bahak
TJ tergabung dalam kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil Pilpres pada 22 Mei 2019 di depan Gedung Bawaslu, Jakarta.