Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jadi Tradisi Tiap Hari Raya Idul Fitri, Ternyata Mudik Sudah Dilakukan sejak Zaman Majapahit

Jadi tradisi tiap Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, ternyata mudik atau pulang kapung sudah dilakukan sejak zaman Majapahit.

Penulis: Yoyok Prima Maulana
Editor: Fitriana Andriyani
zoom-in Jadi Tradisi Tiap Hari Raya Idul Fitri, Ternyata Mudik Sudah Dilakukan sejak Zaman Majapahit
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
MUDIK NAIK KRI - Penumpang saat turun dari KRI Makassar-590 usai sandar di Pelabuhan Gapura Surya, Tanjung Perak, Senin (3/6). KRI Makassar membawa lebih dari 990 penumpang warga Kaltim sebagai peserta mudik gratis dengan rute Balikpapan-Surabaya kerjasama TNI AL dan Departemen Perhubungan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM - Jadi tradisi tiap Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, ternyata mudik atau pulang kapung sudah dilakukan sejak zaman Majapahit.

Mudik dilakukan para perantau ke kampung halaman demi bisa berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Idul Fitri.

Setiap tahun jelang bulan Ramadan usai, penduduk Indonesia berbondong-bondong pergi ke kampung halaman menikmati Lebaran bersama keluarga besar.

Saking sudah seperti kewajiban, mudik dan Lebaran bagaikan dua hal tak terpisahkan.

Baca: Antisipasi Suplai BBM untuk Wisatawan dan Pemudik Lokal, Pertamina Lakukan Ini

Baca: Jakarta Ditinggal Warganya Mudik, Netizen Gelar Tikar Hingga Rebahan di Jalan MH Thamrin

Padahal, dulu, hampir tidak ada kaitannya antara mudik dan hari raya Idul Fitri.

Fenomena mudik mulai melekat dengan lebaran pada pertengahan 1970-an atau ketika Jakarta tumbuh menjadi satu-satunya kota besar yang mengalami kemajuan luar biasa.

Sejak itulah mulai terjadi hubungan lebaran dan mudik.

Berita Rekomendasi

Jakarta menjadi magnet bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Tidak hanya mereka yang tinggal di Pulau Jawa, tapi juga pulau-pulau lain di Indonesia.

Mereka berbondong-bondong merantau ke ibukota untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Seperti juga para perantau di negara-negara lain, perantauan di Jakarta ini masih punya ikatan kuat dengan kampung halamannya.

Kebetulan, sebagian besar dari mereka beragama Islam dan akhirnya memanfaatkan momentum libur panjang Idul Fitri untuk pulang kampung.

Baca: Menghindari Macet, Sudirman Said Pilih Mudik Naik Kereta Api ke Brebes

Baca: 5 Makanan dan Minuman Pengganti Elektrolit Dehidrasi saat Mudik Balik Lebaran

Ilustrasi mudik atau pulang kampung

 Untuk asal mula kata mudik sendiri ada yang bilang berasal dari bahasa Jawa, "Mulih Dhisik", atau pulang dulu.

Pernyataan ini dapat dikatakan benar karena jika pulang kampung rata-rata orang mengarah ke arah Jawa.

Namun ada juga yang berkata bahwa kata mudik itu berasal dari bahasa Betawi. Orang Betawi berkata bahwa mudik merupakan lawan dari kata "Melir".

Halaman
12
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas