81 Pelaku Bentrok Antar Desa dan Pembakaran di Buton Dibawa ke Polda Sultra
Ia menjelaskan para terduga pelaku yang telah ditangkap saat ini masih berstatus terperiksa.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri mengkonfirmasi bahwa 81 orang terduga pelaku bentrok antar desa dan pembakaran rumah di Buton, Sulawesi Tenggara, telah ditangkap.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan para terduga pelaku tengah dibawa ke Mapolda Sulawesi Tenggara (Sultra) guna menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
"Saat ini ke-81 orang yang diamankan dalam proses pergeseran dari Buton menuju Polda Sultra menggunakan jalur laut," ujar Dedi, dalam keterangannya, Sabtu (8/6/2019).
Ia menjelaskan para terduga pelaku yang telah ditangkap saat ini masih berstatus terperiksa.
Dalam pemeriksaan di Mapolda Sultra, kepolisian akan mendalami masing-masing peran dari 81 orang tersebut.
"Masih terperiksa. Apabila sudah diperiksa, baru nanti ditetapkan sebagai tersangka sesuai dengan perbuatan melawan hukum yang dilakukan masing-masing," jelasnya.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menyebut penangkapan diawali oleh apel pasukan yang digelar pukul 06.00 WITA di Jalan Poros menuju Desa Sampuabalo.
Baca: Ajudan Tokoh KKSB Menyerahkan Diri dan Berikrar Setia Kepada NKRI
Lima menit berselang, salah satu terduga pelaku pembakaran rumah berinisial LP lewat didepan tim sehingga langsung ditangkap dan dilakukan pemeriksaan awal.
Hal itu berlanjut pada penangkapan total 81 orang terduga pelaku sekira pukul 07.30 WITA. Dari situ kepolisian juga menyita sejumlah barang bukti berupa parang, tombak, pisau, badik, hingga busur.
"Pukul 09.26 WITA, proses penangkapan telah selesai dilaksanakan. Seluruh masyarakat yang diamankan tidak melakukan perlawanan, sehingga memudahkan proses penangkapan," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Mabes Polri mengungkap kronologi bagaimana mulanya pecah bentrok antar warga desa di Buton, Sulawesi Tenggara.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan masalah dimulai dari konvoi sepeda motor yang dilakukan oleh para pemuda Desa Sampuabalo melewati Desa Gunung Jaya, Selasa (4/6) sekira pukul 21.00 WIB.
"Hal itu membuat masyarakat disana resah, kemudian situasi tersebut ternyata sebagai salah satu pemicu," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/6/2019).
Sehari berselang pasca konvoi motor, seorang pemuda dari Desa Sampuabalo akan melakukan silaturami ke rumah saudaranya dengan melewati Desa Gunung Jaya sekira pukul 13.00 WIB.
Namun, saat melewati desa itu, pemuda tersebut dipanah dengan busur dari besi oleh pemuda dari Desa Gunung Jaya.
Akibatnya, pemuda Sampuabalo terkena dan terluka di bagian dada sebelah kiri. Kemudian melaporlah dirinya kepada masyarakat desanya yang kemudian melakukan penyerangan kepada Desa Gunung Jaya.
Sebanyak 100 lebih warga Desa Sampuabalo menyerang sekira pukul 14.00 WIB. Adapun 50 rumah di Desa Gunung Jaya dibakar beserta satu unit mobil dan satu unit sepeda motor.
"Aparat kepolisian dan TNI berusaha untuk meredam, melokalisir agar kejadian tersebut tidak meluas," ucap mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu.
Akan tetapi, warga Desa Gunung Jaya melakukan serangan balik pada Kamis (6/6) dengan melibatkan kelompok etnis tertentu. Akibat serangan balik ini, dua orang meninggal dan beberapa lainnya luka-luka.