Gurita Bisnis Sjamsul Nursalim Tersangka Korupsi BLBI yang Rugikan Negara Rp 4,58 T
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif mengatakan bahwa penyitaan aset Sjamsul Nursalim dilakukan untuk memaksimalkan upaya asset recovery.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak
Di Singapura, Sjamsul Nursalim menguasai tiga perusahaan raksasa: Tuan Sing Holdings, Nuri Holdings, dan Seven Investment. Dari tiga 'indukan' itu, tangan Sjamsul merambah ke puluhan perusahaan. Beberapa di antaranya hingga ke seberang benua.
Tuan Sing berdiri pada 1969. Empat tahun kemudian, perusahaan perdagangan dan properti ini memasuki bursa saham Singapura. Tuan Sing menguasai jaringan distribusi ban Gajah Tunggal di seantero Asia. Divisi propertinya membangun pelbagai kawasan permukiman, pusat komersial, dan jaringan hotel di Singapura, China, serta Australia.
Berdasarkan laporan keuangan 2016, perusahaan perdagangan properti ini mengantongi aset SGD 2,123 miliar.
Melalui Tuan Sing, Sjamsul Nursalim menguasai sejumlah gedung pencakar langit dan hunian mewah di jantung Kota Singapura, di antaranya Robinson Tower, Cluny Park Residence, Seletar Park Residence, dan Robinson Point.
Tuan Sing juga memiliki saham Grand Hotel yang mengoperasikan Grand Hyatt di Melbourne dan Perth. Di sepanjang pantai timur Australia, dari Carins sampai Adelaide, jejak Sjamsul tampak pada kepemilikan 25 jaringan hotel, dengan bendera Chifley Hotels dan Country Comfort.
Di Amerika, Sjamsul Nursalim juga sempat mengibarkan Seven Investment. Perusahaan tersebut antara lain membawahkan East-West Bank, jaringan bank China-Amerika terbesar di Negeri Abang Sam.
Kerajaan bisnis Sjamsul-Itjih kini diteruskan anak-anaknya. Putra bungsunya, William Nursalim alias William Liem, duduk sebagai Chief Executive Officer Tuan Sing sejak 2008.
Sebelumnya, sejak 2003, singgasana itu diduduki David Lee Kay Tuan, suami Michelle Liem Mei Fung, putri pertama Sjamsul-Itjih. David bersama Michelle kemudian sama-sama menjabat Direktur Non Independen & Non Eksekutif.