Isu KLB Bergulir karena Anjloknya Suara di Pemilu 2019, Katanya Itu Dibuat-buat
Santoso menolak jika alasan wacana digulirkannya KLB terkait anjloknya suara partai berlambang mercedes itu di Pemilu 2019.
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Soal wacana Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang diusulkan sejumlah tokoh senior partai, fungsionaris partai DPD DKI Jakarta mengaku tidak mengerti betul bagaimana awal mula isu tersebut berembus.
"Ini seperti tiba-tiba saja ada angin badai begitu, ini sensasi saja sih, dan kita tahu yang ada di sana tidak aktif di Partai Demokrat," kata Ketua DPD DKI Jakarta Partai Demokrat, Santoso, di kantornya, Cipayung, Jakarta Timur.
Santoso menolak jika alasan wacana digulirkannya KLB terkait anjloknya suara partai berlambang mercedes itu di Pemilu 2019.
"Kami seluruh jajaran partai mulai dari DPP sampai DPD sudah memprediksi bahwa kami bertahan saja itu bagus, karena dengan sistem pemilu yang berbarengan ini, di mana Partai Demokrat tidak memiliki efek ekor jas, maka kami sudah mempertimbangkan bahwa suara kita akan turun," ujarnya.
Maka itulah, Santoso menilai anggapan sejumlah politisi yang mengklaim bahwa harus digelar KLB karena suara partau turun itu seperti dibuat-buat.
"Padahal yang bersangkutan sendiri mengetahui bahwa penurunan suara itu akan terjadi karena kami tidak terkena efek ekor jas," pungkasnya.
Seperti diketahui, sejumlah pendiri dan senior Partai Demokrat mendorong partai berlambang mercy ini untuk segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).
Pendiri dan senior diantaranya Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Max Sopacua, Ahmad Mubarok, Ahmad Jaya dan Ishak.
"Untuk itu kami menetapkan momentum puncak GMPPD dengan menyiapkan, mendorong dan melaksanakan suksesnya Kongres Luar Biasa," kata Max saat memberikan keterangan pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2019).
Max mengaku langkah ini ditempuhnya lantaran prihatin dengan anjloknya perolehan suara Demokrat di Pemilu Legislatif tahun ini.
Ia merinci dari 10,9 persen di tahun 2014 lalu menjadi 7.7 persen di tahun 2019, sehingga menurutnya, Demokrat perlu melakukan evaluasi mendalam.
"Terkait kondisi ini diperlukan adanya introspeksi dan evaluasi menyeluruh untuk kemudian bersama seluruh potensi dan kader guna membangkitkan semangat dan mengembalikan marwah serta kejayaan Partai Demokrat," jelasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.