Cuaca Dingin Landa Sejumlah Daerah di Indonesia, Ini 5 Faktanya: Muncul Embun Beku-Penjelasan BMKG
Inilah lima fakta terkait suhu dan cuaca dingin yang melanda sejumlah daerah di Indonesia. Munculnya embun beku hingga penjelasan BMKG.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Daryono
Padahal, puncak musim kemarau diprediksi masih akan terjadi pada Agustus, di mana cuaca akan terasa lebih dingin lagi.
"Beberapa hari lalu 15,6 derajat celsius tercatat di Karangploso. Bahkan pernah di Karangploso tercatat sekitar 14 derajat celsius," katanya.
5. Penjelasan BMKG
Fenomena suhu yang lebih dingin dari biasanya juga melanda wilayah Yogyakarta dan Bandung.
Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca BMKG Staklim Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa mengatakan, ada tiga penyebab udara dingin yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
Pertama, adanya pengaruh atau dampak angin monsoon Australia di mana udaranya dingin dan kering.
"Angin yang bertiup melewati Indonesia ini juga disebut sebagai Monsoon Dingin Australia," jelas Sigit, dikutip Tribunnews.com dari Tribun Jogja.
Sedikitnya awan juga jadi penyebab kenapa suhu lebih dingin.
Sebab, bila biasanya sinar Matahari yang masuk ke Bumi bisa tertahan oleh awan, kali ini terbuang kembali ke luar angkasa.
Akibatnya, panas yang biasanya juga tertahan turut hilang.
Selain itu, saat ini, sejumlah wilayah juga mulai memasuki musim kemarau sehingga kandungan air di dalam tanah dan di udara menjadi rendah.
Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara, menyebabkan suhu dingin yang kering.
Hal senada juga disampaikan peneliti cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jawa Barat, Muhamad Iid Mujtahiddin.
Mujtahiddin menyebut, suhu dingin yang terjadi di Bandung atau Jawa Barat seperti ini merupakan fenomena wajar sebagai penanda datangnya musim kemarau.
"Berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara, tercatat selama Juni 2019, suhu udara terendah tercatat sebesar 17 derajat celcius pada Jumat (21/6/2019)," kata Muhamad Iid dikutip Tribunnews.com dari Tribun Jabar.
Selain karena pengaruh angin monsoon Australia, saat ini, benua Kanguru itu mengalami musim dingin dengan puncaknya terjadi pada Juli, Agustus, dan September.
"Sehingga suhunya relatif lebih dingin dibandingkam musim hujan," ujar Muhamad Iid.
Suhu dingin saat ini juga dipengaruhi dengan masih adanya kelembapan pada ketinggian permukaan hingga 1,5 kilometer di atas permukaan laut.
Hal itu menyebabkan pada sore hari masih terlihat adanya pembentukan awan.
"Akan tetapi pada ketinggian tiga kilometer di atas permukaan laut yang relatif kering, sehingga potensi awan yang terbentuk untuk terjadi hujan relatif kecil."
"Dan dampaknya kondisi kelembapan pada malam hingga pagi hari menambah kondisi suhu udara menjadi dingin," ujar Iid.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Yongky Yulius/Alexander Ermando/Siti Umaiyah) (Kompas.com/Fadlan/Andi Hartik)