Peran Personel Perempuan TNI Terus Ditingkatkan Guna Menjaga Perdamaian Dunia
TNI akan meningkatkan partisipasi personel perempuan penjaga perdamaian (female peacekeepers) dalam berbagai misi pemeliharaan perdamaian PBB
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
Para penjaga perdamaian ini bertugas di delapan misi perdamaian PBB, diantaranya di Mali, Afrika Tengah, Sudan Selatan, wilayah Sahara, dan Kongo.
4.000 personel
Sebanyak 4.000 personel tentara Pasukan Perdamaian Dunia akan dikirim ke delapan negara konflik perang pada 2019 ini.
"Saat ini kita sudah kirim 2.850 personel Pasukan Perdamaian. Kita akan menuju 4.000 personel dari Indonesia ke delapan negara pada tahun ini juga," kata Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen TNI Joni Supriyanto dalam acara Konferensi Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2019).
Pasukan perdamaian tambahan akan dikirim menuju kawasan konflik perang, di antaranya Lebanon, Republik Afrika Tengah, dua kawasan di Kongo, Unisfa Abiye, Sudan Selatan, dan Minurso Sahara Barat.
Personel yang siap diberangkatkan itu berasal dari satuan 503 Kostrad Jawa Timur dan 121 Mainbody Medan.
Joni mengatakan pihaknya akan menambah komposisi personel perempuan dalam Pasukan Perdamaian dari semula hanya empat persen, ditambah menjadi tujuh persen.
"Personel perempuan ini diharapkan mendapatkan simpati masyarakat serta lebih mudah berinteraksi saat terjadi konflik," ujarnya.
Baca: Tata Janeeta Bercerai dari Mehdi Zati, Keluarga Buka Suara
Baca: Sahrul Gunawan Tak Bersedia Lepas Plastik Pembungkus Pintu Rumahnya yang Baru
Baca: Pengakuan Lukman Hakim Soal Khofifah Indar Parawansa Dalam Kasus Suap Jual-beli Jabatan di Kemenag
Saat ditanya terkait dengan jadwal pemberangkatan pasukan, Joni mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu pendanaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Kita masih menunggu pendanaan dari PBB. Pasukan perdamaian ini uangnya dari PBB," katanya.
Joni mengaku tidak khawatir dengan potensi tentara perempuan yang rentan menjadi korban kekerasan fisik di kawasan konflik.
"Perempuan bisa masuk tentara itu pasti hebat karena standarnya sama. Tentara perempuan jumlahnya tujuh persen, 93 persen (tentara laki-laki) lindungi yang perempuan," kata Joni.
Joni menambahkan bahwa persenjataan TNI saat ini sudah sangat modern dan canggih sehingga memenuhi kriteria untuk melindungi masyarakat sipil yang menjadi korban peperangan.
"Yang dibahas sekarang persenjataan kita makin modern dan canggih. Tinggal bagaimana kita mengamankan sipil korban peperangan atau masyarakat yang terlibat di daerah konflik," ujarnya.
Baca: Kondisi Terkini Wali Kota Surabaya Risma, Derita Sakit Mag dan Asma, Ditangani 15 Dokter Spesialis