Menteri LHK: Luas Lahan Kritis Mangrove Turun dari 1,82 Juta Ha jadi 1,19 Ha
Rehabilitasi mangrove memanfaatkan APBN akan terus dilakukan seluas 2.000 ha setiap tahun
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, Manado - Luas hutan mangrove kritis berhasil diturunkan dari 1,82 juta hektare (ha) menjadi tinggal 1,19 juta ha pada tahun 2018 berkat upaya rehabilitasi yang dilakukan dengan dukungan berbagai pihak seperti Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyatakan banyak yang sudah dilakukan pemerintah soal pengelolaan mangrove dan hutan pantai.
Termasuk diantaranya adalah telah melakukan rehabilitasi mangrove seluas 31.673 ha melalui dana APBN.
"Rehabilitasi mangrove memanfaatkan APBN akan terus dilakukan seluas 2.000 ha setiap tahun," kata Menteri Siti Nurbaya saat penanaman mangrove dalam rangka Gerakan Nasional Peduli Mangrove, Pemulihan Daerah Aliran Sungai dan Kampung Hijau Sejahtera di Kota Manado, Sulawesi Utara, Selasa (9/7/). Gerakan penanaman tersebut diinisiasi oleh OASE Kabinet Kerja.
Menteri menyampaikan terima kasihnya kepada Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan pengurus OASE Kabinet Kerja yang telah berinisiatif dan menyiapkan program penanaman mangrove dengan baik.
Menurut Menteri, keterlibatan berbagai pihak seperti OASE Kabinet Kerja, pemerintah daerah, LSM, BUMN dan swasta, mendukung keberhasilan rehabilitasi mangrove.
Ibu Negara Iriana Joko Widodo memang punya kepedulian besar terhadap kelestarian mangrove. Bahkan saat mendampingi Presiden Joko Widodo di pertemuan G20 di Jepang, Ibu Negara secara khusus menceritakan kegiatan pelestarian mangrove kepada istri-istri pemimpin negara anggota G20.
Menindaklanjuti langkah ibu negara ini, Menteri Siti Nurbaya menegaskan upayanya dalam mengintensifkan penanganan mangrove sebagai salah satu ekosistem yang memiliki potensi cadangan karbon yang sangat besar, terutama di tanahnya.
Menteri LHK juga telah berbicara secara khusus dengan Menteri Lingkungan dan Iklim Norwegia, Ola Elvestuen, di Throndheim terkait pengelolaan mangrove, setelah langkah Ibu Negara Iriana berbicara di KTT G-20 pertengahan Juni lalu di Osaka.
Menteri LHK juga telah membahas hal ini dengan Menteri-Menteri Lingkungan Hidup Inggris, Jerman dan Australia.
Menteri Siti mengingatkan mangrove memiliki manfaat untuk melindungi erosi dan abrasi dan menjadi tempat berkembang biaknya fauna dan biota laut.
Mangrove juga menjadi sumber pendapatan masyarakat melalui pemanfaatan ekowisata, hasil hutan non kayu, dan silvofishery.
Lebih lanjut Siti Nurbaya menyatakan, mangrove efektif untuk menahan gelombang tsunami.
Hasil penelitian menyatakan tanaman mangrove selebar 100 meter dengan ketinggian akar 30 centimeter sampai 1 meter dapat mereduksi besarnya gelombang tsunami hingga 90%.