Menteri-menteri yang Kemungkinan Akan Tinggalkan Kabinet Jokowi
Darmin Nasution, Ignasius Jonan dan Rini Soemarno terancam keluar dari kabinet Jokowi di periode kedua pemerintahannya.
Editor: Fitriana Andriyani
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa menteri dikabarkan terancam meninggalkan kabinet di periode kedua pemerintahan Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo masih punya waktu sekitar dua bulan lagi untuk menentukan nama-nama yang akan mengisi kabinet di pemerintahan berikutnya.
Ia diyakini akan menghapus sejumlah tokoh kunci dari Kabinet Kerja.
Sebagaimana diberitakan Jakarta Post, muncul spekulasi bahwa setidaknya ada tiga menteri yang terancam meninggalkan kabinet, yakni Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno.
Baca: Jubir TKN: Kementerian BUMN dan Perdagangan di Kabinet Jokowi Cocok Diisi Orang Muda
Baca: Update Isu Susunan Kabinet Kerja : Ini Nama-nama yang Diprediksi Dicopot Hingga Rencana Jokowi
Jokowi pernah mengungkapkan keinginannya memiliki jajaran menteri dari generasi muda. Sebab, ia mau para menteri di kabinet baru punya kemampuan untuk mengeksekusi program secara tepat dan cepat.
Selain itu, juga harus memiliki kemampuan manajerial. Kemampuan ini penting untuk bisa mengelola personalia dan anggaran sehingga organisasi kementerian itu betul-betul bisa efektif.
"Ya, bisa saja ada menteri umur 20-25 tahun, kenapa tidak? Tapi dia harus mengerti manajerial, dan mampu mengeksekusi program-program yang ada. Umur 30-an juga akan banyak," kata Jokowi.
Diketahui, tahun ini Darmin berusia 70 tahun, Rini 61 tahun dan Jonan 56 tahun. Namun, ada faktor lain di luar usia yang mungkin jadi pertanda apakah menteri di kabinet saat ini akan bertahan atau tersingkir.
1. Teguran Jokowi
Baca: Jokowi Segera Umumkan Susunan Kabinet, Ini Komposisinya
Baca: Berita Terkini Kabinet Jokowi-Maruf: Prediksi Menteri-menteri yang Terlempar hingga Kata Pengamat
Beberapa waktu lalu, Jokowi menegur sejumlah menterinya terkait berbagai hal, seperti investasi dan impor. Pertama, ia menegur Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dan Rini dalam sidang kabinet paripurna di Istana Bogor, Senin (8/7/2019).
Teguran ini diberikan karena impor yang tinggi di sektor minyak dan gas. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat ada penurunan nilai impor Januari-Mei turun mencapai 9,2 persen dibanding tahun sebelumnya.
Namun, Jokowi menilai angka tersebut belum memuaskan karena nilai impor masih tinggi. Apalagi angka impor migasnya naik cukup besar.
Presiden juga menyoroti angka ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor Januari-Mei 2019 year on year turun 8,6 persen.
Akibat impor yang tinggi dan ekspor yang rendah, neraca perdagangan mengalami defisit 2,14 miliar dollar AS. Padahal Jokowi menilai peluang untuk ekspor masih sangat besar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.