Wasekjen Gerindra: Pak Prabowo Tidak Akan Pernah Mengkhianati Pendukungnya
Andre membantah jika pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi dilatar belakangi iming-iming kursi kabinet.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade angkat bicara soal tuduhan negatif yang menimpa Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Andre membantah jika pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi dilatar belakangi iming-iming kursi kabinet.
“Miris membaca tuduhan kepada pak @prabowo yang disebutkan tergiur kursi Kabinet karena mau Silahturahim dengan pak @jokowi. Saya ingin tegaskan kami @Gerindra adalah partai yang tidak gampang tergoda kursi kabinet dan jabatan lainnya,” tulis @andre_rosiade dalam akun twitternya Minggu (14/7/2019).
Dikonfirmasi Tribunnews.com, Andre membenarkan statement-nya tersebut.
Pria yang menjabat sebagai Kepala Departemen Penggalangan Jaringan Mahasiswa itu menjabarkan konsistensi Gerindra sebagai oposisi sejak tahun 2004.
Dari 2009 sampai 2014, menurut Andre mereka ditawarkan kursi kabinet Presiden SBY waktu itu namun tidak diambil.
Bahkan kata Andre di tahun 2014, Presiden Jokowi pernah menawari kursi menteri kepada Gerindra.
“2014 sd 2019 kami juga ditawarkan pak @jokowi kursi Kabinet juga tidak kami ambil. 2018 pun kami ditawarkan kursi Wapres untuk 2019 pun tidak kami ambil,” ujar Andre.
“Lalu sekarang dengan gampang kami @Gerindra dan pak @prabowo di tuduh berkhianat krn iming2 jabatan??? Kami 10 tahun beroposisi. Kami sejak berdiri sp sekarang selalu berada di luar pemerintahan. Dan ini membuktikan kami konsisten dan tidak gampang tergoda,” imbuhnya.
Andre memastikan keputusan Prabowo untuk bertemu Jokowi ialah semata-mata demi Indonesia guyub.
Juga demi membebaskan ratusan pendukung yang masih di tahan.
“Demi menyesaikan masalah yg masih mendera Ulama dan tokoh2 pendukung 02. Bukan karena iming-iming jabatan,” imbuhnya.
Oleh karenannya Andre menjamin Prabowo tidak akan pernah menghianati pendukungnya.
“Silahkan di cek kepada teman-teman pendukung, Tokoh, dan Ulama yang sudah bebas mengenai komitmen pak @prabowo yg akan selalu bersama pendukungnya,” tandas Andre.
Pertemuan dikritik
Diberitakan Wartakotalive.com sebelumnya Pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo pasca Pilpres 2019 akhirnya terwujud.
Pertemuan dua mantan calon presiden itu digelar di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/2019) pagi.
Namun dalam pertemuan tersebut beberapa pihak pun mengkritisi langkah mantan Capres 2019 itu.
Misalnya kritikan itu datang dari Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais tak tahu peristiwa pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada Sabtu (13/7/2019) pagi.
Baca: Fadli Zon Jelaskan Maksud Pertemuan Prabowo dengan Jokowi
Amien pertanyakan sikap Prabowo yang tidak meminta izin kepada dirinya terlebih dahulu sebelum bertemu Presiden Jokowi.
"Sama sekali saya belum tahu. Makanya itu, mengapa kok tiba-tiba nyelonong?" kata Amien di kediamannya, Yogyakarta, Sabtu.
Sejumlah kalangan bereaksi terhadap kontroversi yang terjadi dalam pertemuan di antara Prabowo Subianto dan Presiden joko Widodo (Jokowi).
Kalangan publik bereaksi memberikan dukungan meski ada sebagian kalangan yang mengecam terjadinya pertemuan tersebut.
Tidak kurang, akun Twitter Parta Gerindra memberikan keterangan untuk menangkis berbagai ungkapan kekecewaan pendukung Prabowo Subianto yang mencuat.
Gerindra berupaya menangkis setiap tuduhan netizen yang ditumpahkan bertubi-tubi di akun tersebut.
Sebagian di antaranya terjawab.
Sebetulnya, kubu Joko Widodo sejak awal sudah menawarkan posisi Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk Prabowo Subianto.
Saat itu, ada wacana capres tetap joko Widodo dan cawapres dipilih oleh masing-masing parpol, sehingga saat Pilpres 2019, Joko Widodo berpasangan dengan berbagai pilihan cawapres.
Setelah itu, publik yang memilih, tapi tawaran itu ditolak.
Berikut keterangan yang disampaikan di akun Gerindra:
Selamat siang Bung Andi.
Pak @prabowo diundang untuk mencoba MRT oleh jokowi.
Sebagai warga negara yang baik Pak @prabowo ketika mendapat undangan dari kepala negara sebisa mungkin tentu akan hadir, apalagi jika menyangkut kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.
1. Mungkin banyak sahabat yang tidak setuju dengan pemberitaan hari ini, namun di sini admin menegaskan bahwa Pak @prabowo tidak akan pernah tawar-menawar terhadap cita-cita dan nilai yang beliau pegang yaitu Indonesia yg merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
2. Pak @prabowo akan selalu berjuang untuk Indonesia yang berdiri di atas kaki kita sendiri.
Rakyat Indonesia yang menikmati kekayaan alamnya. Indonesia yang utuh, Bhinneka Tunggal Ika yang berdasarkan UUD 45. Untuk itu, tidak akan pernah beliau tawar menawar.
3. Kadang-kadang dalam perjuangan, kita harus melakukan langkah-langkah yang mungkin tidak cocok dengan perasaan kita sendiri ataupun dengan rekan-rekan seperjuangan.
4. Namun, keadaan memaksa kita untuk melakukan itu, kami berharap kepercayaan daripada semua elemen yang memiliki cita-cita yang sama.
Pak @prabowo dan Partai @Gerindra akan setia berjuang membela kepentingan rakyat Indonesia.
Ucapan selamat
Sementara itu, diungkap Kompas.com, Calon presiden, Prabowo Subianto mengucapkan selamat kepada Joko Widodo yang ditetapkan sebagai calon presiden terpilih pada Pemilihan Presiden 2019.
Ucapan selamat ini ia sampaikan saat bertemu dengan Jokowi di Stasiun MRT Senayan, Jakarta, Sabtu (13/7/2019).
"Ada yang bertanya kenapa Pak Prabowo belum ucapkan selamat atas Pak Jokowi ditetapkan sebagai presiden, saya katakan saya ini walau bagaimana pun ada euh pakeuh, tata krama," kata Prabowo.
"Jadi, kalau ucapkan selamat, maunya tatap muka, jadi saya ucapkan selamat," ujar Prabowo lagi.
Kata-kata Prabowo ini disambut teriakan warga yang hadir dalam pertemuan itu.
"We love you..." demikian teriakan warga kepada Prabowo.
Sementara itu, Jokowi sebelumnya mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan pertemuan sahabat.
Menurut Prabowo Subianto, mereka memang berteman.
Hanya saja, saat ikut kontestasi Pilpres 2019, keduanya mengambil posisi berseberangan yang saling bersaing dan mengkritik.
"Jadi kalau kadang-kadang bersaing, mengkritik, itu tuntutan politik, tuntutan demokrasi, tetapi setelah bertarung keras, kita tetap dalam kerangka keluarga besar Republik Indonesia," ucap Prabowo.
Penulis: Desy Selviany