Susunan Kabinet Baru Jokowi yang Beredar di Masyarakat Tak Jelas Sumbernya, Ini Penjelasan TKN
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily meminta publik tak menganggap serius beredarnya susunan kabinet pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.
Editor: Sugiyarto
Bantahan TKN
Saat dikonfirmasi, Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ahmad Rofiq tegas membantah hal tersebut.
"Hoax! Sampai sekarang memang berseliweran nama-nama yang diprediksi masuk dalam kabinet jilid II. Saya melihatnya ini sih sebagai "rame-rame" saja. Tapi sekali lagi bisa dipastikan saat ini informasi tersebut hoax," katanya kepada Tribunnews.com.
Jusuf Kalla Dukung Jokowi Pilih Menteri yang Berani Ambil Keputusan
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan dirinya Jokowi memilih menteri yang berani dalam mengambil keputusan.
menurut Jusuf Kalla sebagai pembantu presiden para menteri kelak diharapkan dapat menangkap dan mengatasi permasalahan dengan efektif dan efisien.
"Kalau mengulur-ngulur atau tidak cepat mengeksekusi lambat perkembangan pertumbuhan kita. Ekonomi, politik, dan sosial. Maka presiden lebih menekankan menteri yang berani mengeksekusi," ujar Jusuf Kalla di kantor Wapres RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2019).
Baca: TKN Berharap Amien Rais Cs Jadi Oposisi yang Punya Niat Menyejahterakan Rakyat
Baca: Respons Bawaslu Sikapi Putusan MA Tolak Permohonan Prabowo-Sandi Terkait Kecurangan Pilpres 2019
Baca: Keponakan Prabowo Subianto Bantah Gugat Partai Gerindra ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Mantan politikus senior Golkar ini bealasan, menteri dengan kriteria pemberani dapat mewujudkan Visi Indonesia.
"Pada dasarnya menteri itu mengambil keputusan, mengeksekusi keputusan dari program yang ada sesuai bidangnya. Sehingga harus orang yang punya ketegasan pikiran dan tindakan," ungkap dia.
Presiden terpilih Joko Widodo menegaskan, akan memilih sosok pemberani dalam membantu pemerintahnnya.
Hal itu ia sampaikannya saat pidato dihadapan pendukungnya di SICC, Jawa Barat, pada Minggu malam 14 Juli 2019.
Menurut Jokowi, sosok menteri yang berani dibutuhkan, salah satunya agar reformasi birokrasi dapat diimplementasikan, sesuai harapan.
Wajar minta jatah
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai wajar jika sejumlah partai politik meminta jatah dalam kabinet mendatang.
Ia beralasan, berbagi kekuasaan merupakan tujuan dalam politik.
"Itu rumusan politik dimana pun. Jadi memang tujuannya ikut pemilu, capek-capek berkampanye, itu untuk mendapat kekuasaan. Itu wajar-wajar saja partai mencoba untuk mendapatkan kursi pemerintah kabinet yang baik. Itu wajar-wajar saja," ujar dia yang ditemui di kantor wapres RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, pada Selasa (16/7/2019).
Namun Jusuf Kalla menilai, permintaan jatah menteri tentu perlu disesuaikan dengan kursi di DPR RI yang diraih sebuah partai politik.
Baca: 400.000 Beasiswa KIP Kuliah Untuk Mahasiswa Tidak Mampu Disiapkan Pemerintah Tahun Depan
Baca: Politikus PDIP: Rakyat yang Tidak Pilih Jokowi Butuh Kanal untuk Suarakan Pendapat
Baca: Motif di Balik Kasus Mutilasi ASN Kemenag Bandung Terungkap, Begini Runut Peristiwanya
Baca: Mayat Wanita Tanpa Busana Ditemukan di Parit Sawah, Berikut Asal usul Korban dan Dugaan Polisi
Baca: Kelakar Jokowi Kepada Surya Paloh: Selamat Ulang Tahun Ke-38
"Ya tentu ada aturan dan kewajarannya. Tentu partai yang mempunyai kursi yang besar mendapat juga di kabinet juga yang memadai," kata Jusuf Kalla.
Sejauh ini, dirinya berharap agar kabinet Jokowi-Maruf Amin dapat diisi orang-orang yang berani mengambil keputusan serta tepat, efektif, dan efisien.
"Kalau mengulur-ngulur atau tidak cepat mengeksekusi lambat perkembangan pertumbuhan kita. Ekonomi, politik, sosialnya. Maka presiden lebih menekankan (calon) menteri yang berani mengekseskusi," ungkap mantan ketuau umum partai Golkar ini.
Partai politik seperti PKB, NasDem, hingga PPP diketahui secara terang-terangan meminta jatah menteri.
Namun, presiden terpilih 2019-2024 Joko Widodo pernah buka suara terkait susunan kabinet ke depan.
Jokowi pun tidak menampik kabinet terdiri dari komposisi kalangan partai dan profesional, bahkan sejumlah menteri lama juga akan dipertahankan.