Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Viral Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Begini Klarifikasi BMKG dan Faktanya

Viral Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Begini Klarifikasi BMKG dan Faktanya

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Sri Juliati
zoom-in Viral Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Begini Klarifikasi BMKG dan Faktanya
WRDW.com
Viral Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Begini Klarifikasi BMKG dan Faktanya 

Viral Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Begini Klarifikasi BMKG dan Faktanya

TRIBUNNEWS.COM - Kabar mengenai potensi gempa 8,8 Skala Richter (SR) dan tsunami di Pantai Selatan Jawa telah viral di media sosial.

Merebaknya kabar potensi gempa dan tsunami ini justru disalahartikan oleh masyarakat.

Oleh karena itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan klarifikasi melalui siaran pers, Minggu (22/7/2019).

Selain itu, ada pula fakta-fakta yang perlu diketahui.

Baca: Isu Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami Pantai Selatan Jawa Viral, BNPB Ingatkan Soal 20-20-20

Baca: Viral Kabar Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami di Selatan Jawa, Kata BMKG hingga Mitos Nyi Roro Kidul

Baca: Potensi Gempa hingga Tsunami di Selatan Jawa, BNPB Luncurkan Laman Inarisk Agar Masyarakat Tak Panik

Hal ini guna meluruskan persepsi masyarakat terhadap isu potensi gempa dan tsunami Pantai Selatan Jawa.

Berikut siaran pers BMKG yang dikabarkan melalui unggahan Twitter @infoBMKG.

Berita Rekomendasi

"Merespon keresahan masyarakat pantai selatan Jawa, akan terjadinya gempa bumi dengan kekuatan 8,8 yang diikuti tsunami setinggi 20 meter di pantai Cilacap, Yogyakarta, sampai Jawa Timur yang dilansir oleh beberapa media online, maka bersama ini kamu sampaikan tanggapan sebagai berikut :

1. Indonesia sebagai wilayah yang aktif gempabumi memiliki potensi gempa bumi yang dapat terjadi kapan saja dalam berbagai kekuatan.

2. Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat kapan, dimana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempabumi.

3. Berdasarkan kajian para ahli bahwa zona megathrusrt Selatan Jawa memiliki potensi dengan magnitudo maksimum M,8,8.

Tetapi ini adalah potensi bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu.

Untuk itu, kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural dengan membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman tsunami serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempabumi dan tsunami.

4. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang beredar.

Apabila ingin mengetahui lebih jelas dapat menghubungi kontak center : 021-6546316 atau mengunjungi laman resmi BMKG, www.bmkg.go.id."

Unggahan tersebut telah di-retweet sebanyak 2.800 kali dan 2.100 likes per Selasa, (22/7/2019).

Sebanyak 89 respons warganet telah memenuhi kolom komentar siaran pers tersebut.

Sebelumnya, informasi soal potensi gempa besar mencapai 8,8 magnitudo di pantai selatan Jawa dan tsunami DI Yogyakarta yang bisa mencapai 20 meter sedang meresahkan warga.

Satu di antara penggunggah di Instagram, @Makassar_info, menyebut, informasi itu didasarkan pada kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko.

Dilansir Kompas.com, Widjo berkata, kajian mengenai potensi gempa di pantai selatan Jawa memang disampaikan BPPT dalam agenda Table Top Exercise (TTX) atau gladi ruang untuk rencana gladi lapang penanganan darurat tsunami.

Dalam kajian itu, wilayah Pantai Selatan (Pansela) Jawa-Bali berpotensi mengalami gempa megathrust dengan magnitudo 8,8.

Dengan magnitudo tersebut, ada potensi gelombang tsunami setinggi 20 meter dengan jarak rendaman 3-4 kilometer.

Gelombang ini bisa mencapai Pansela DI Yogyakarta dalam 30 menit.

1. Sudah dicatat sejarah

Dosen Teknik Geofisika, FTTM – ITB Zulfakriza Z menulis dalam artikel kolomnya untuk Kompas.com, 27 Januari 2018, beberapa setidaknya ada delapan kejadian gempa merusak Jawa yang tercatat dalam buku Indonesian’s Historical Earthquake publikasi Geoscience.

Gempa-gempa ini terjadi pada tahun 1699 (Jawa dan Sumatra), 1780 (Jawa Barat dan Sumatra), 1815 (Jawa, Bali dan Lombok), 1820 (Jawa dan Flores), 1834 (Jawa Barat), 1840 (Jawa Tengah dan Timur), 1847 (Jawa Barat dan Tengah) dan 1867 (Jawa dan Bali).

Untuk tsunami, Eko Yulianto selaku pelacak jejak tsunami purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berkata bahwa tidak ada catatan sejarah tentang tsunami besar di selatan Jawa.

Dilansir dari artikel Kompas.com, 15 Februari 2019; Eko berkata, yang tercatat hanya tahun 1800-an dan 1921, tetapi itu pun masih tergolong tsunami kecil.

Meski demikian, dia juga berkata, karena daerah selatan Jawa merupakan kawasan zona subduksi, besar kemungkinan akan terjadi gempa-gempa berkekuatan besar yang bisa menimbulkan tsunami.

2. Megathrust dalam gempa dan tsunami besar

Sama seperti kali ini, megathrust juga disebut-sebut dalam kabar potensi gempa di Jakarta dan potensi tsunami Pandeglang yang dalam skenario terburuk mencapai ketinggian 57 meter pada tahun lalu.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), Daryono menjelaskan, megathrust bisa diartikan sebagai gerak sesar naik yang besar.

Biasanya, mekanisme gempa ini terjadi pada pertemuan lempeng benua atau zona subduksi.

Di Indonesia, terdapat 16 titik gempa megathrust, termasuk Selat Sunda Banten, Selatan Jawa Barat dan Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur.

Meski sering dianggap menyebabkan gempa bermagnitudo besar dan tsunami, nyatanya sebagian besar gempa di zona megathrust tergolong kecil dengan magnitudo kurang dari 5,0.

Namun, khusus untuk segmen megathrust di selatan Jawa Barat dan Banten, potensi gempa mencapai magnitudo maksimum M 8,8.

Akan tetapi, Daryono mengungkapkan, tidak setiap gempa megathrust menimbulkan tsunami.

Syaratnya adalah gempa besar, hiposenter dangkal dan gerak sesar naik.

3. Potensi bukan prediksi dan harus fokus pada mitigasi

Seperti dikatakan oleh Widjo di atas, informasi mengenai potensi gempa dan tsunami di pantai selatan Jawa disampaikan dalam agenda Table Top Exercise (TTX) atau gladi ruang untuk rencana gladi lapang penanganan darurat tsunami.

Artinya, sama seperti saat kabar tsunami 57 meter menghebohkan Indonesia, kali ini pun kita seharusnya tidak panik dan fokus pada mitigasi.

Dalam diskusi bertajuk “Ancaman Tsunami Menelan Pulau Jawa, Fakta atau Hoax” di Jakarta, Selasa (10/4/2018), Guru Besar Teknik Pantai Universitas Gadjah Mada, Radianta Triatmadja, bekata bahwa informasi-informasi ini adalah potensi bukan prediksi.

Dia pun berkata bahwa salah satu cara untuk memitigasinya adalah melalui struktur bangunan yang lebih kuat dan tahan gempa.

Selain itu, peringatan dini dan pendidikan evakuasi mengenai kesiapsiagaan bencana juga perlu diketahui oleh masyarakat.

Misalnya, cara untuk segera mengevakuasi diri dan ke mana harus pergi ketika peringatan dini diberikan, serta apa yang harus dilakukan jika kondisi gelap gulita karena tsunami menghantam pada malam hari dan memadamkan listrik.

Siaga Bencana Melalui Aplikasi

Masyarakat tidak perlu khawatir akan potensi bencana ini.

Namun, masyarakat harus tetap waspada terhadap potensi tersebut.

Kajian soal ini memetakan potensi, dan bukan prediksi.

Gempa bumi tak bisa diprediksi.

Bagaimana bersikap sebagai bagian dari mengedukasi soal potensi bencana?

Dilansir Kompas.com, salah satunya bisa dilakukan dengan mempelajari soal kesiapsiagaan bencana dengan mengakses aplikasi InaRISK di laman https://inarisk.bnpb.go.id.

Aplikasi InaRISK merupakan aplikasi yang dirancang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengetahui risiko bencana yang dapat terjadi di wilayah pengguna.

Misalnya, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, letusan gunung api, tanah longsor, tsunami, dan bencana multibahaya.

a
Penampilan laman Inarisk jika diakses melalui laman pencarian di alamat inarisk.bnpb.go.id.(Inarisk.bnpb.go.id)

Jika pengguna ingin mengetahui informasi mengenai bencana di daerahnya atau daerah sekitar, pengguna dapat mengunduh aplikasi InaRISK dari ponsel melalui situs https://inarisk.bnpb.go.id.

Selanjutnya, pengguna diminta meng-input nama wilayah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi.

Setelah itu, pilih jenis bencana apa yang ingin diketahui indeks risikonya di daerah tersebut.

Dalam hal ini, InaRISK juga menyajikan informasi mengenai indeks bahaya, kerentanan, dan kapasitas suatu jenis bencana.

Hasil indeks risiko akan muncul dalam bentuk peta digital yang ditampilkan dalam gradasi warna yang berbeda.

Perbedaan ini sesuai dengan tinggi-rendah tingkat kajian yang diinginkan.

Jika pengguna ingin melihat detil tingkat wilayah, maka pengguna tinggal menggunakan fitur perbesar dan perkecil peta.

Selain itu, peta digital bergradasi ini berisi sejumlah informasi terkait wilayah yang dikaji.

Misalnya, jumlah kabupaten atau jumlah kecamatan yang menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam aplikasi InaRISK, ada beberapa parameter yang diukur berdasarkan tingkat kajian.

Contohnya seperti jumlah penduduk; jumlah rumah, fasilitas kritis, fasilitas publik; data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan sata tutupan lahan.

Tidak hanya menyajikan indeks risiko bencana, aplikasi InaRISK dilengkapi dengan cara pencegahan dan langkah penyelamatan yang harus dilakukan oleh warga ketika berada di wilayah yang berpotensi bencana.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Kompas.com/Shierine Wangsa Wibawa/Retia Kartika Dewi)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas