Jokowi Bertemu Putra Mahkota Abu Dhabi 2,5 Jam, Ini yang Mereka Bicarakan
Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed Bin Zayed Al Nahyan berlangsung kurang lebih 2,5 jam.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed Bin Zayed Al Nahyan berlangsung kurang lebih 2,5 jam.
Mohamed yang berkunjung ke Indonesia secara khusus di jemput Jokowi di Bandara Soekarno-Hatta dan diajak mengelilingi Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang kemudian ke Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (24/7/2019).
"Ini salah satu pertemuan yang terpanjang yang pernah dilakukan oleh pak Presiden dengan tamu dari negara lain," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Istana Bogor.
Retno menjelaskan, pertemuan Jokowi dan Mohamed mulai dari Bandara Soeta yang kemudian satu mobil menuju Istana Bogor dengan waktu kurang lebih 1,5 jam.
Baca: Tompel Bunuh Pamannya dengan Sadis, Ini Motifnya
Baca: Penipuan Berkedok Agen Pencari Bakat dari Indonesia, Ada yang Tertipu Hingga Rp 2 Miliar
Baca: Terabas Banjir, Mobil Listrik Glory E3 Bakal Bikin Pengendara Kesetrum?
"Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan di teras, di beranda selama sekitar 1 jam jadi memang betul more than 2,5 jam (pertemuannya)," papar Retno.
Selain terlama, kata Retno, kunjungan kenegaraan ini juga bersejarah karena pada pertama kali dilakukan oleh ayah Mohamed yaitu Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan pada 29 tahun yang lalu.
"Jadi beliau sangat senang bisa kembali ke Indonesia dan ini juga merupakan selain dari sisi kenegaraan juga pertemuan antara sahabat dekat," paparnya.
"Bapak presiden dengan Syekh Mohamed memiliki hubungan yang sangat dekat atau istilahnya klik very much. Jadi sudah mengklik kalau kita bilang," sambung Retno.
Menurut Retno, pertemuan ini membahas kerjasama meningkatkan ekonomi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kedua negara.
"Sebagai dua negara muslim yang besar, yang memiliki potensi yang cukup besar. Maka seharusnya kita dapat membangun kerjasama ekonomi yang sangat erat dan pada saat bicara mengenai masalah umat kita juga sepakat untuk bekerja sama di dalam memajukan toleransi dan moderasi," pungkas Retno.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.