Pengamat: Kalau Jokowi Main Mata dengan yang di Luar Koalisi, Masuk Akal Jika Parpol Koalisi Marah
Arya yakin, empat ketua umum parpol itu tidak main-main dengan pernyataan kompak mereka bahwa jangan ada lagi tambahan parpol anggota KIK.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti dari CSIS Arya Fernandes berpendapat, presiden terpilih Joko Widodo harus memperhatikan kondisi psikologis seluruh partai politik anggota Koalisi Indonesia Kerja (KIK) apabila ingin menambah anggota koalisi.
Sebab, Arya melihat empat parpol anggota KIK, yakni Golkar, PKB, PPP dan Nasdem sudah cukup terusik dengan wacana bergabungnya Partai Gerindra, PAN dan Demokrat ke dalam KIK.
Apalagi setelah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7/2019), bertemu dengan Ketua Umum Parati Gerindra Prabowo Subianto.
"Jokowi perlu memperhatikan psikoligis politik partai yang ada dalam koalisinya saat ini jika ingin menambah anggota partai di koalisinya. Pertemuan antara Megawati dan Prabowo itu memberikan efek ke empat ketum parpol yang sudah bertemu sebelumnya yang juga dilaksanakan tanpa kehadiran PDI-P," ujar Arya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/7/2019).
"Kalau Jokowi main mata dengan yang ada di luar koalisi, ya masuk akal jika parpol anggota koalisinya akan marah," lanjut dia.
Baca: Ada Keretakan Hubungan antara Surya Paloh dengan Megawati? Ini Reaksi Sekjen NasDem
Arya yakin, empat ketua umum parpol itu tidak main-main dengan pernyataan kompak mereka bahwa jangan ada lagi tambahan parpol anggota KIK.
Ketidakhadiran perwakilan PDI Perjuangan di dalam pertemuan tersebut juga semakin meneguhkan bahwa partai berlambang banteng hitam moncong putih itu membuka gerbang masuknya parpol lain ke dalam KIK.
Ini sekaligus menegaskan empat parpol itu ingin arah koalisi jangan hanya ditentukan oleh satu parpol saja, sekalipun ia partai pemenang Pemilu 2019.
"Sinyal dengan tidak melibatkannya PDI-P adalah memberi pesan, tidak semua pilihan-pilihan politik dari Ibu Megawati disukai," lanjut dia.
Selain memperhatikan kondisi psikologis anggota KIK, Arya mengatakan, Jokowi juga harus memberikan penghargaan yang sama bagi seluruh parpol pengusungnya setelah Pemilu 2019 berakhir.
Arya menjelaskan, tidak mudah bagi beberapa parpol di KIK ketika mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
Beberapa di antara parpol itu ada yang terpaksa menempuh badai resistensi di akar rumputnya lantaran arah dukungannya tidak sesuai dengan aspirasi mereka.
"Ketika mereka memutuskan mengusung Jokowi, ya ada risiko politiknya. Bisa saja Nasdem, Golkar, PKB, dan PPP kehilangan kursi di sejumlah dapil karena mendukung Jokowi. Sedangkan masyarakat di dapil itu tidak suka dengan Jokowi. Maka itu, Jokowi perlu mempertimbangkan psikologi partai," ujar Arya.