Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KKP Diminta Turun Tangan Amati Kerusakan Laut Akibat Pencemaran Minyak Pertamina di Karawang

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diminta turun tangan melihat dampak kerusakan laut akibat pencemaran minyak milik Pertamina di laut Jawa.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
zoom-in KKP Diminta Turun Tangan Amati Kerusakan Laut Akibat Pencemaran Minyak Pertamina di Karawang
Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memberikan teguran keras pada Pemerintah dan Pertamina atas kelalaian yang menyebabkan kebocoran minyak bumi oleh Pertamina Hulu Energi (PHE), Offshore North West Java (ONWJ) di perairan Karawang, Jawa Barat. 

Bahkan, kata Susan, Pertamina merilis luasan terdampak kebocoran pipa dan cepat menanganinya.

"Berbeda dengan di Karawang, Pertamina lambat menangani. Saya menduga kebocorannya lebih banyak sehingga tidak cepat diatasi dan dirilis luasan kebocoran minyak di laut Jawa," ucap Susan.

Ia juga mengatakan, akibat kebocoran minyak itu, sejumlah nelayan harus berhenti melaut akibat laut yang sudah tercemar.

Dana kompensasi yang diberikan Pertamina kepada nelayan, lanjut Susan, tak sebanding dengan kerugian yang dialami masyarakat pesisir.

"Kami tidak sepakat dengan upaya Pertamina memberikan kompenasi ke warga karena dampak kerusakannya mulai dari lingkungan, pencemaran air, kesehatan dan ekomomi," ungkap Susan.

"Harus direspon cepat karena manusia disana tidak punya pilihan untuk bertahan hidup," jelasnya.

Libatkan perusahaan Amerika

Berita Rekomendasi

Direktur Pertamina Hulu Energi (PHE), Dharmawan H Samsu menjelaskan pihaknya melibatkan perusahaan asal Amerika Serikat, Boots & Coots, untuk menangani kebocoran minyak bumi dan gas alam di Blok Migas ONWJ (Offshore North West Java) di lepas Pantai Karawang, Jawa Barat.

Dharmawan mengatakan tim dari Boots & Coots saat ini sudah berada di Jakarta dan Minggu (28/7/2019) besok akan berangkat menuju anjungan YYA-1 untuk menutup sumur minyak yang bocor atau ‘blow out’.

“Sejak tanggal 14 Juli 2019 kemarin tim dari Amerika Serikat itu sudah berada di Kantor PHE di Jalan TB Simatupang dan besok Minggu setelah Rig Soehanah dipasang di lokasi mereka akan berangkat untuk melakukan penutupan sumur,” ungkap Dharmawan dalam konferensi pers di Gedung Pusat Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (25/7/2019).

Baca: Jimly Nilai Komposisi Kabinet Jokowi 50 Persen Parpol 50 Persen Profesional Jauh Lebih Baik

Baca: Jefri Nichol Mengeluh Sulit Tidur Kepada Sutradara Robby Ertanto Sebelum Konsumsi Ganja

Baca: Ketua Umum Golkar Sebut Kursi Pimpinan MPR Masih Jadi Jatah Koalisi Jokowi

Baca: Pengamat Baca Makna Pertemuan Surya Paloh dengan Anies Baswedan Sebagai Bentuk Ketidaksetujuan

Dharmawan mengatakan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut berpengalaman menangani sumber kebocoran Deepwater Horizon di Teluk Meksiko yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

Rig Soehanah diperkirakan akan terpasang di lokasi pada Sabtu (27/7/2019) untuk membantu proses penutupan sumur tersebut.

Rig tersebut dioperasikan untuk menggantikan anjungan YYA-1 yang dikabarkan miring sebesar 12 derajat saat terjadinya kebocoran berlangsung sehingga tidak bisa digunakan untuk melakukan penutupan terhadap sumur minyak.

Sejumlah petugas dari Pertamina dan warga membersihkan ceceran minyak mentah di Pantai Utara Karawang, Rabu (24/7/2019)
Sejumlah petugas dari Pertamina dan warga membersihkan ceceran minyak mentah di Pantai Utara Karawang, Rabu (24/7/2019) (Tribun Jabar/Haryanto)

Kini Pertamina masih menunggu hasil survei Geohazard atau perhitungan risiko kerusakan yang diperkirakan akan berlangsung hingga Sabtu (26/7/2019).

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas