Peran Perempuan Dibutuhkan KPK Sebagai Pucuk Pimpinan
Menurut Yenti Garnasih, perempuan dan laki-laki setara sifatnya dalam kekuatan pendidikan (Power Education) yang dia miliki
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK) Yenti Garnasih menyayangkan hanya sedikit perempuan yang mendaftarkan diri sebagai capim jilid V.
Menurut Yenti Garnasih, perempuan dan laki-laki setara sifatnya dalam kekuatan pendidikan (Power Education) yang dia miliki.
Baca: 3 Capim KPK dari Polri Diduga Miliki Rekam Jejak Bermasalah, Ini Tanggapan Polri
Tentu KPK dianggap sangat membutuhkan peran perempuan.
Yenti Garnasih menambahkan, dari 104 orang capim yang baru saja diumumkan kemarin pada hati Senin tanggal 22 Juli 2019.
"Sangat disayangkan dari sekitar 104 Capim yang lolos, hanya ada 6 capim dari perempuan dan sisanya laki-laki," ujar Yenti di Gedung ACLC KPK, Jakarta, Senin (29/7/2019).
Kaitannya dengan proses pemilihan capim KPK, Yenti menegaskan calon dari kalangan perempuan seharusnya ada.
Namun, walaupun demikian selalu ketua pansel, katanya, hal tersebut bisa terjadi.
Karena sudah diatur oleh undang-undang dan ada prosedur uang harus dilalui.
"Memang kalau menurut saya harus ada perempuan di KPK. Namun, meskipun demikian harus ada prosedur tertentu yang harus dilewati," kata Yenti.
Dengan begitu, menurut Yenti, capim perempuan bisa menepis berbagai isu gender selama ini.
Baca: Saat Wakil Ketua KPK Mengaku Kesulitan Menjalani Tes Psikologi Capim KPK 2019-2023
Bahwa perempuan selalu diisukan hanya sebagai ibu yang tugasnya melahirkan dan mengasuh anak di rumah.
"Jadi kita melihat persepsi betapa pentingnya perempuan. Memang selalu yang disuarakan selama ini perempuan tugasnya hanya melahirkan dan mengasuh. Padahal tidak, perempuan juga bisa memimpin dan bisa setara dengan laki-laki," ujar Yenti Garnasih.