Pagi Ini Udara Jakarta Tak Sehat, Wilayah Pejaten Paling Buruk, Anies Curiga Jalan Tol Penyebabnya
Warga Ibu Kota Jakarta harap memperhatikan kualitas udara Jakarta pada Selasa (30/7/2019) pagi ini, karena kategorinya tidak sehat.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga Ibu Kota Jakarta harap memperhatikan kualitas udara Jakarta pada Selasa (30/7/2019) pagi ini, karena kategorinya tidak sehat.
Kualitas udara di ibu kota Jakarta pada Selasa pagi pukul 06.00 WIB tercatat 189 masuk kategori tidak sehat.
Melansir Wartakota yang mengutip Antara, parameter kualitas udara pada Selasa pagi adalah PM2.5 konsentrasi 128,4 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Bahkan, kualitas udara di wilayah Pejaten Barat, Jakarta Selatan lebih buruk lagi, yakni mencapai 197 dengan parameter PM2.5 konsentrasi 144,7 ug/m3.
Kemudian, kualitas udara kotor juga terpantau di Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat dengan angka 180 parameter PM2.5 konsentrasi 144,7 ug/m3 atau kategori tidak sehat.
Dengan angka AQI itu untuk rata-rata wilayah, kualitas udara Jakarta kategori tidak sehat dan bisa meningkatkan gangguan pada jantung serta paru-paru.
Kelompok sensitif mempunyai risiko tinggi terganggu kesehatannya akibat kualitas udara buruk saat ini.
Selain itu, AirVisual juga mencatat kelembapan ibu kota Jakarta 94 persen dan kecepatan angin 1,8 kilometer per jam.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DKI Jakarta menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta lamban dalam menangani persoalan polusi udara di ibu kota.
Baca: Bercak di Paru-paru: 31 Warga Jakarta Gugat Presiden dan Gubernur Akibat Polusi Udara
"Kebijakannya jelas masih lamban dan respons yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta cenderung tidak signifikan," kata Direktur Walhi DKI Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi.
Ia menilai Pemprov DKI Jakarta belum mengukur atau menyasar sumber-sumber utama penyebab polusi udara di ibu kota.
Padahal, seharusnya Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat saling berkoordinasi termasuk memanggil kepala daerah yang wilayahnya turut menjadi sumber pencemar udara.
Anies Ungkap Penyebab Polusi Udara di Jakarta Tak Sehat
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi soal kualitas udara yang kian memburuk seperti yang dipublikasi situs www.AirVisual.com.
Oleh karena itu, Anies Baswedan menegaskan pihaknya akan mulai mengurangi polusi udara di Jakarta yang kian memburuk.
Terlebih, Jakarta menduduki peringkat paling tinggi di dunia.
"Jadi usaha kita tentu kita dorong lebih banyak lagi pengurangan di sumbernya," ujar Anies Baswedan di GOR Rorotan Jakarta Utara, Senin (29/7/2019).
"Pengurangan pertama adalah di kendaraan bermotor," sambungnya.
Bahkan, Anies Baswedan memgaku pihaknya telah menemukan sumber polusi terbesar di Ibu Kota, yakni di kawasan Jakarta Selatan.
Menurutnya, meningkatnya kegiatan kendaraan berat menjadi penyumbang terbesar polusi di Ibu Kota.
"Salah satu kecurigaan kita ingin bicara pengelola jalan tol."
"Di Tol JORR dan sekitarnya pada malam hari justru terjadi kepadatan kendaraan-kendaraan berat yang volume cukup besar.
"Jadi pemantau alat ukur kita di daerah Selatan, Jagakarsa itu justru tinggi," ungkap Anies Baswedan.
Anies Baswedan merasa heran ketika ditemukan kawasan Jakarta Selatan merupakan penyumbang polusi udara yang tinggi.
Dengan begitu, ke depan pihaknya bakal melalukan pengecekan uji emisi bagi kendaraan yang dinilai menyumbang polusi terbesar di Jakarta.
"Padahal daerah Selatan bukan daerah paling padat ya, tapi justru tinggi, karena itu kita mau lihat."
"Nanti kita pastikan kendaraan-kendaraan berat yang memasuki wilayah JORR itu mereka penuhi standar emisi, sehingga enggak timbulkan masalah," papar Anies Baswedan.
Sebelumnya, Jakarta masuk dalam deretan teratas dua kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Posisi Ibu Kota Indonesia itu hanya sedikit di bawah Hanoi, Ibu Kota Vietnam.
Itulah penilaian yang dilakukan Air Visual, sebuah aplikasi yang memantau dan mengukur kualitas udara kota-kota di seluruh dunia.
Berdasarkan data Air Visual, indeks kualitas udara Jakarta mendapat nilai 155, per Selasa 25 Juni 2019.
Udara Jakarta termasuk dalam kategori unhealthy atau tidak sehat.
Hanoi, berada di urutan pertama dengan indeks kualitas udara mencapai 172. Juga termasuk tidak sehat.
Buruknya kualitas udara Hanoi dan Jakarta bahkan melampaui Delhi dan Beijing.
Dua kota itu memiliki indeks kualitas udara, 132 dan 119, dan digolongkan moderat, alias lumayan.
Jakarta jauh tertinggal dari Bangkok yang kualitas udaranya saat ini masuk dalam kategori bagus dengan indeks 20.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengaku belum melihat secara langsung data dari Air Visual.
Ia merasa udara di Jakarta secara umum, baik-baik saja.
"Intinya kami sendiri tidak ada permasalahan, dicek di lab LH (Dinas Lingkungan Hidup). Kami tidak terlalu merespons data realtime," kata Andono saat dihubungi Kompas.com.
Andono meminta masyarakat tidak langsung mengambil kesimpulan dari data tersebut.
Apalagi, kata Andono, masalah kualitas udara bisa berubah-ubah.
"Info itu harus dilihat hal yang berimbang. Karena masalah udara sangat dinamis. Itu bisa berubah dalam jam atau menit," ujar Andono.
Andono menjelaskan, sampai saat ini sebenarnya kualitas udara di Jakarta berada di tengah-tengah dibandingkan negara lain.
Ia menganggap data yang dipaparkan Air Visual sebagai pengingat untuk masyarakat.
"Kita ambil positif bahwa itu sebagai pengingat bagi warga untuk di waktu tertentu lebih aware," kata dia.
Memburuk
Menurut data Air Visual, kualitas udara Jakarta tahun ini secara rata-rata lebih buruk dibandingkan tahun lalu.
Tahun 2018, indeks kualitas udara rata-rata Jakarta adalah 143.
Itu termasuk dalam kategori unhealty for sensitive groups atau tidak sehat bagi kelompok penduduk dengan kondisi sensitif.
Artinya, setingkat lebih baik dibandingkan saat ini, walaupun tetap belum masuk kategori sehat menurut standar WHO, badan kesehatan dunia.
Secara umum, Indonesia berada di peringkat kedelapan dalam daftar negara-negara dengan udara paling tercemar di dunia.
Peringkat pertama ditempati Banglades, diikuti Pakistan, India, Afganistan, Bahrain, Mongolia, Kuwait, Nepal, Uni Emirat Arab, dan Nigeria.
Lalu, negara mana yang paling baik kualitas udaranya di dunia tahun lalu? Menurut Air Visual, negeri itu adalah Islandia. (Anggie Lianda Putri)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Ini Penyumbang Terbesar Polusi Udara di Jakarta Menurut Anies Baswedan, .
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.