Mengapa Anak Usia 9-14 Tahun Rentan Alami Kejahatan Seksual? Ini Sebabnya
Asep mengatakan pada usia tersebut para anak-anak lebih mudah dipengaruhi. Hal itu terkait dengan perkembangan kejiwaan yang masih lemah.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak-anak berusia 9 hingga 14 tahun kerap dan rentan mengalami atau menjadi korban kejahatan seksual.
Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra memaparkan sejumlah alasan mengapa anak-anak dalam usia tersebut menjadi sasaran para 'predator anak'.
"Catatan kami range usia sekitar itu (9 hingga 14 tahun). Mengapa pelaku kejahatan ini bisa menyasar kepada anak? Pertama orientasi seksual," ujar Asep, dalam diskusi bertajuk 'Childs Grooming & Darurat LGBT' di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).
Baca: Polri Catat 236 Kasus Kejahatan Seksual di 2019
Kemudian alasan kedua, Asep mengatakan pada usia tersebut para anak-anak lebih mudah dipengaruhi. Hal itu terkait dengan perkembangan kejiwaan yang masih lemah.
Mantan Kapolres Bekasi Kota itu juga mengungkap para pelaku kejahatan seksual itu menargetkan anak-anak yang tak mendapat perhatian dari orang tuanya.
Sehingga para pedofil atau predator ini lebih memilih anak di rentang usia tersebut karena lebih mudah didekati dan dipengaruhi.
"Mereka ini menargetkan anak tak mendapat perhatian orang tuanya dan kejahatan ini ternyata berdasarkan penelitian 90 persen itu dilakukan oleh orang dekat. Jadi memang khususnya orang tua yang memiliki putri, menjadi tuntutan tersendiri agar lebih memberikan pemahaman tentang seks education," ungkapnya.
Senada dengan pernyataan Asep, Komisioner KPAI Sitti Hikmawati mengatakan orang tua juga adalah benteng utama dari anak-anak agar tak menjadi korban kejahatan seksual.
Baca: Anna Tak Sadar Membawa Komplotan Pelaku Hipnotis Cairkan Dananya di Bank Rp 325 Juta
Pasalnya, Sitti menyebut ada beberapa kriteria anak yang biasanya menjadi target pelaku kejahatan seksual yang tak boleh luput dari perhatian orang tua.
Antara lain seperti suka menyendiri atau memisahkan diri dari kelompok, kemudian peragu dan bimbang. Namun anak yang sering bercerita di media sosial serta mudah percaya dengan orang asing pun jadi sasaran.
"Jenis korban yang tertutup cenderung disukai oleh pelaku. Karenanya orang tua adalah benteng utama untuk anak-anak mereka agak tidak menjadi korban pelecehan seksual," ucap Sitti.