PII: Sistem Listrik RI Terkompleks di Dunia
"Sistem jaringan listrik Indonesia adalah salah satu yang paling kompleks di dunia," ujar Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Padamnya listrik di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, Minggu (4/8) lalu, telah memperlihatkan betapa rapuhnya sistem ketenagalistrikan Indonesia.
Kerapuhan ini merupakan dampak dari jaringan listrik Tanah Air yang memang sangat kompleks.
"Sistem jaringan listrik Indonesia adalah salah satu yang paling kompleks di dunia," ujar Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto, Selasa (6/8/2019).
Heru memaparkan, sistem jaringan listrik Indonesia itu berupa kombinasi sistem besar (150-500 KV), sistem menegah (20-70 KV), sistem kecil tegangan rendah (220 V) dan sistem isolated.
"Bayangkan, semuanya harus melistriki lebih dari 17.500 pulau yang tersebar di seluruh nusantara," ucapnya.
Baca: Mati Listrik di Ibu Kota dan Sekitarnya Bukan Karena Sabotase, Ini Penjelasan Polri dan PLN
Baca: Tradisi Malamang di Sumatera Barat, Intip Cara Membuat Lamang Khas Minangkabau
Baca: 16 Wakil Indonesia Siap Berjuang di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019
Parahnya lagi, kata Heru, sistem kelistrikan yang kompleks ini bergantung hanya pada satu institusi saja, yaitu PLN.
Oleh karenanya, PLN yang kuat, sehat dan digdaya adalah syarat mutlak.
"Ibaratnya jangan sampai PLN batuk. Karena kalau sudah batuk, maka seluruh sistem dan jaringan listrik akan demam," kata mantan CEO Cirebon Power ini.
Menurutnya, PLN ke depan tidak mungkin lagi sendirian dalam mengurusi tantangan ketenagalistrikan di negara kepulauan seluas dan sebesar Indonesia.
"Kalau akar masalahnya tidak diselesaikan maka ada kemungkinan listrik bisa padam lagi," imbuhnya.
Lebih lanjut, melihat beban saat ini dan tantangan ke depan, ia menilai sudah saatnya pemerintah mengkaji ulang struktur pasar ketenagalistrikan.
Apalagi disruptive technology telah tiba, seperti rooftop revolution, distributed generation, electric vehicles, energi baru dan terbarukan.
"Semua itu akan melahirkan generasi prosumer, produsen yang juga consumer. Karenanya, opsi seperti vertical dan/atau horizontal unbundling misalnya layak untuk dikaji lagi," pungkasnya.