Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Isu Diaspora dan SDM IPTEK, BPPT: Kami ini Peneliti dan Perekayasa, Tapi Kekurangan S2 dan S3

Memimpin sebuah lembaga yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi, ia merasa isu diaspora sangat penting untuk dibahas.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Isu Diaspora dan SDM IPTEK, BPPT: Kami ini Peneliti dan Perekayasa, Tapi Kekurangan S2 dan S3
Fitri Wulandari/Tribunnews.com
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, dalam wawancara eksklusif bersama Tribunnews, di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontribusi diaspora sangat dibutuhkan Indonesia dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam membangun perekonomian.

Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan hal tersebut saat membacakan visi untuk kepemimpinannya pada periode kedua, beberapa waktu lalu.

Harapan agar para diaspora bisa memberikan sumbangsih dalam upaya memajukan perekonomian bangsa melalui pengembangan SDM pun disambut positif 'mereka' yang merantau ke negeri orang.

Hal itu diwujudkan dalam Kongres Diaspora Indonesia Ke-5 (The Fifth Congress of Indonesian Diaspora) yang berfokus pada pembangunan SDM.

Kongres bertajuk 'Empowering Indonesia's Human Capital' tersebut dibuka di The Kasablanka Hall, Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, pada Sabtu (10/8/2019) pagi.

Menyoroti acara yang dihadiri ribuan partisipan, baik dari luar negeri maupun dalam negeri itu, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza turut menyampaikan tanggapannya.

Berita Rekomendasi

Memimpin sebuah lembaga yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi, ia merasa isu 'diaspora' sangat penting untuk dibahas.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam wawancara eksklusif bersama Tribunnews, di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2019).

Para diaspora ini tentunya memiliki keahlian dalam berbagai bidang, termasuk teknologi.

Lalu apa yang bisa dilakukan para diaspora yang memiliki keahlian pada bidang teknologi, saat mereka diminta kembali ke Indonesia atau berkontribusi dalam pembangunan perekonomian bangsa ?

Hammam menjelaskan, begitu banyak yang bisa mereka lakukan untuk tanah air, karena ia meyakini para diaspora ini tentunya merupakan sosok yang 'sukses' saat merantau ke negeri orang.

Sehingga dirinya optimis bahwa kehadiran para diaspora mampu membantu membawa perekonomian Indonesia menuju ke arah yang lebih positif.

Tentunya dalam berbagai sektor, termasuk pengembangan inovasi dan teknologi.

"Banyak sekali sebenarnya (yang bisa mereka sumbangkan untuk negara ini), kalau diaspora artinya dia berhasil di luar (negeri) ya, di bidang ilmunya dia. Dan saya yakin bidang ilmunya dia itu sangat dibutuhkan (di sini)," ujar Hammam, kepada Tribunnews.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah tampaknya tidak terlalu berfokus pada infrastruktur, namun pada peningkatan kualitas SDM.

Perlu diketahui, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 mengambil tema peningkatan SDM dalam pertumbuhan yang berkualitas.

Pemerintah memang akan lebih fokus pada pengembangan SDM dan penguasaan terhadap IPTEK.

Hal itu agar kelak Indonesia bisa tumbuh secara berkelanjutan atau sesuai Sustainable Development Goals (SDGs) yang memiliki target berpenghasilan menengah tinggi.

Oleh karena itu menurut Hammam, SDM IPTEK sangat diperlukan untuk menjadikan Indonesia mampu berdaya saing dengan negara lain di masa mendatang.

Ia kemudian menyampaikan apa yang saat ini dialami lembaga yang dipimpinnya terkait isu 'SDM IPTEK'.

Saat ini, pihaknya kekurangan SDM lulusan S2 dan S3, "BPPT itu kekurangan S3, kekurangan S2, dari 3 ribu pegawainya, saat ini belum ada 300 (lulusan) S3,".

Padahal angka yang ia targetkan untuk pegawai yang memiliki level pendidikan S3 adalah sebesar 15 persen.

Hal itu bukan tanpa sebab, karena BPPT banyak diisi oleh peneliti dan perekayasa, sehingga lulusan S2 dan S3 sangat diperlukan.

"Sedangkan target saya adalah 15 persen dari pegawai BPPT itu harusnya S3, karena kita adalah peneliti dan perekayasa ya," kata Hammam.

Menjadi lembaga yang berfokus pada bidang kaji dan terap teknologi, kata dia, tentunya membuat BPPT harus menjadi 'wadah' bagi para lulusan dengan predikat dan level terbaik.

"Jadi ya memang BPPT ini harus jadi gudangnya S3, S2 minimal, untuk bisa mengejar inovasi-inovasi teknologi itu," jelas Hammam.

Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT itu menilai saat ini lembaganya 'kekurangan bensin', karena target persentase lulusan S3 belum tercapai.

Hal ini menurutnya tentu saja akan berdampak pada 'performa' BPPT dalam menghasilkan inovasi.

"Ya kalau misalnya kita kekurangan pegawai itu berarti 'kurang bensinnya', (padahal) ini untuk lari kencang mengejar inovasi itu," tegas Hammam.

Melalui Kongres Diaspora Indonesia Ke-5, dirinya berharap agar 'mereka' yang tertarik untuk kembali ke tanah air, bisa fokus membangun negara ini.

Khususnya dalam memperkuat SDM IPTEK seperti yang tertuang dalam Undang-undang (UU) Sistem Nasional (Sisnas) IPTEK yang baru disahkan DPR pada 16 Juli 2019.

"Saya berharap diaspora yang sudah bisa tertarik untuk kembali ke Indonesia, itu betul-betul bisa memperkuat yang namanya SDM IPTEK, itu ada dalam Undang-undang Sisnas," pungkas Hammam.

Pada kesempatan lain, Presiden IDN Global 2017-2019 Mark Gerald Eman mengatakan bahwa tema yang diusung kali ini sengaja berfokus pada SDM.

"Tema 'Empowering Indonesia's Human Capital' kami angkat karena kekayaan diaspora adalah SDM," jelas Gerald di, Bengkel Diplomasi, FPCI, Jakarta Selatan.

Ia pun setuju dengan apa yang disampaikan Jokowi dalam 'Visi Indonesia' yang disampaikan beberapa waktu lalu, bahwa pembangunan SDM menjadi hal yang sangat krusial dalam mengukur sukses atau tidaknya pembangunan suatu negara, termasuk Indonesia.

"Kami sungguh mempercayai bahwa pembangunan SDM merupakan kunci keberhasilan pembangunan Indonesia," kata Gerald.

Dalam opening kongres itu, hadir pula Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Untuk agenda hari ini, begitu banyak tokoh penting yang akan hadir, mulai dari Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Lalu mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat sekaligus Founder FPCI dan Chairman of the Board of Trustees IDN Global Dino Patti Djalal, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, putra Presiden ke-3 RI BJ Habibie yakni Ilham Habibie.

Kemudian Wali Kota Bogor Bima Arya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Ketua KADIN Rosan Roeslani, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Kang Emil), hingga News Anchor sekaligus Founder Narasi.tv Najwa Shihab.

Kongres Diaspora Indonesia ke-5 (The Fifth Congress of Indonesian Diaspora) sedianya akan dilanjutkan pada 12 dan 13 Agustus mendatang dengan topik pembahasan lainnya.

Perlu diketahui, Kongres yang bertajuk 'Empowering Indonesia's Human Capital' itu dihadiri ribuan partisipan dari dalam maupun luar negeri.

Rencananya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto akan mengisi sesi 'Diaspora Perspective: Step for Indonesia To Thrive In The Era of Industrial Revolution 4.0'.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas