Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ijtima Ulama IV Wacanakan NKRI Bersyariah, Menhan Ryamizard: NKRI Ya NKRI

NKRI Bersyariah yang menjadi rekomendasi Ijtima Ulama IV adalah menjalankan seluruh apa yang diajarkan oleh agama kita masing-masing.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ijtima Ulama IV Wacanakan NKRI Bersyariah, Menhan Ryamizard: NKRI Ya NKRI
TRIBUNNEWS/GITA IRAWAN
Menhan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu memberikan pemaparan di acara Silahturahim dan dialog tokoh bangsa yang digelar Kemhan RI dan Forum Rekat Indonesia di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Senin (12/8/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu menanggapi terkait ramainya perbincangan mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Bersyariah.
Ia mengaku belum mendengar mengenai hal tersebut.

Namun menurut Ryamizard, syariah sudah ada di dalam sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

"Saya belum dengar itu. NKRI ya NKRI. Syariah itu sudah sampaikan, syariah itu ada di Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Melaksanakan syariah, ya melaksanakan sila kesatu," kata Ryamizard usai acara Silahturahmi dan dialog tokoh bangsa dengan tema "Pancasila Perekat Kita, Satu Nusa Satu Bangsa" yang digelar oleh Kemhan RI dan Forum Rekat Indonesia di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta Pusat pada Senin (12/8/2019).

Dalam pemaparannya pada acara tersebut Ryamizard mengatakan bagi umat Islam, Pancasila merupakan kompromi yang sudah final antara kelompok Islam, Kelompok Nasionalis, dan Kelompok Kebangsaan.

"Menurut Kyai dan Ulama pejuang bangsa saat itu, Syariah Islam yang diajukan dalam Piagam Jakarta kemudian disepakati sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa sudah sama dengan syariah Islam. KH Wahid Hasyim, Tokoh ulama muda NU, putra dari KH Hasyim Asy’ari yang turut serta dalam merumuskan Konsep Dasar Negara Indonesia pada tahun 1945 menegaskan bahwa konsep, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan konsep tauhid dalam Islam," kata Ryamizard.

Berdasarkan hal tersebut, menurutnya dengan konsep tersebut, umat Islam mempunyai hak menjalankan keyakinan agamanya tanpa mendiskriminasi keyakinan agama lain.

Berita Rekomendasi

"Di titik inilah, menjalankan Pancasila sama artinya mempraktikan Syariat Islam dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada sikap intoleransi kehidupan berbangsa atas nama suku, agama, dan lain-lain," kata Ryamizard.

Menteri Pertahanan RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu di kantor Kemenhan RI di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Menteri Pertahanan RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu di kantor Kemenhan RI di Jakarta, Selasa (9/7/2019). (TRIBUNNEWS/GITA IRAWAN)

Ryamizard juga mengutip tokoh bangsa KH Ahmad Dahlan terkait hal tersebut.

"KH Ahmad Dahlan juga pernah berkata bahwa keislaman bukan hanya Allah ada di dalam jiwamu, tetapi kehidupan Islam harus menjadi nyata dalam kehidupanmu," katq Ryamizard.

Diberitakan sebelumnya, seperti dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Talk Show tvOne, NKRI Bersyariah yang menjadi rekomendasi Ijtima Ulama IV adalah menjalankan seluruh apa yang diajarkan oleh agama kita masing-masing.

"Tetap di bawah landasan pancasila sebagaimana termaktub dalam UU pembukaan dan batang tubuh UU 1945 yaitu di mana ayat suci di atas ayat konstitusi," jelasnya.

Ia menegaskan agar semua pihak jangan salah mengartikan kalimat NKRI Bersyariah ini.

Baca: Ini Rincian Gerbang Tol yang Kena Aturan Ganjil-Genap Jakarta, Simak Ketentuannya

"Jadi jangan diartikah bahwa yang dimaksud bersyariah itu menjadikan Indonesia ini negara islam, itu sudah satu pengertian yang salah, tetap kita berdasarkan Pancasila, UUD 1945," katanya.

Namun bagi umat Islam yang menjalankan agamanya, tambah Yusuf Martak, tetaplah menjalankan NKRI yang bersyariah.

"Agar sesuai dengan UUD 1945 dan sesuai dengan pembukaan Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa," katanya.

Baca: Gaikindo Senang, DKI Bebaskan Mobil Listrik dari Aturan Ganjil Genap

Kemudian saat ditanya soal poin di mana ayat suci di atas ayat konstitusi, Yusuf Martak pun menjelaskan hal itu wajar direkomendasikan oleh para ulama.

"Ya otomatis, kan itu ijtimanya ijtima ulama, hal yang tidak mungkin kalau dia mengedepankan ayat sucinya, termasuk bagi yang beragama lain pun sebaiknya menjalankan kitab sucinya di atas kitab konstitusi, itu otomatis," tandasnya.

Menanggapi rekomendasi yang disampaikan dari hasil Ijtima Ulama IV, Ketua Pengurus Besar NU ( PBNU) Marsudi Syuhud menegaskan kalau Pancasila sudah syariah.

Sehingga yang menjadi masalah adalah menyatukan pandangan semuanya tentang syariah itu sendiri.

"Kata-kata syariah di sini masih banyak yang mengartikan beda-beda, ada yang sangat takut dengan kata syariah, ada yang biasa-biasa saja dengan kata-kata syariah, UIN saja ada jurusan syariah, itu artinya yang tidak usah takut dengan kata syariah," jelasnya.

Jika itu sudah satu pandangannya, kata dia, misal pandangan Ijtima Ulama adalah negara pancasila yang bersyariah, kalau bersyariahnya itu diambil dari nilai-nilai itu tidak ada masalah.

"Maka bisa saya kasih conton yang super jelas, UU lalu lintas itu syariah apa belum? Kalau pandangan syariah itu di mana saja ada kemaslahatan, di situ adalah sudah syariah, sudah hukumnya Allah itu dijalankan, pertnayaannya uu lalu lintas maslahahat nggak untuk orang-orang? Kalau sudah berarti uu lalu lintas sudah syariah," bebernya.

Jika hasil ijtima ulama yang dimaksud semacam itu, yakni nilai-nilai agama sebagai nilai-nilai bangsa Indonesia yang mayoritas orang beragama, itu tidak masalah.

"Kemudian dituangkan dalam satu undang-undang atau aturan, untuk mengatur hidup bersama-sama ya sudah, no problem," ujarnya.

"Pancasila sendiri menurut para ulama NU, dasarnya sendiri sudah syariah," tambahnya.

Ia menambahkan, hal itu karena dari sila pertama jelas ayat pertama jelas bahwa semua dari satu hingga lima itu jelas perintah agama.

"Inilah sesungguhnya kalau pandangan syariah adalah nilai-nilai agama yang masuk dalam aturan main yang telah disepakati, juga tidak perlu ditakutkan," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas