Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mimpi Rafi Menjadi Paskibraka Sejak Kecil

Rafi kini mengikuti rangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan Paskibraka Nasional 2019 di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Mimpi Rafi Menjadi Paskibraka Sejak Kecil
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional 2019 Rafi Ahmad Falah saat mengikuti Diklat Paskibaraka Nasional 2019 di Cibubur, Jakarta, Selasa (30/7/2019). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Sejak kecil Rafi Ahmad Falah punya sebuah mimpi. Pemuda kelahiran Cilegon 20 Maret 2002 itu ingin menjadi pengibar bendera Merah Putih di Istana Merdeka. Mimpi tersebut selangkah lagi menjadi kenyataan. Rafi terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Nasional 2019.

Jika tidak ada aral melintang, Rafi akan menjadi paskibraka pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8) mendatang.

Baca: 5 Fakta Meninggalnya Paskibraka Aurellia Qurrota, Curhatan Diary hingga Dugaan Perpeloncoan Senior

Rafi kini mengikuti rangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan Paskibraka Nasional 2019 di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur. Setiap pagi Rafi bangun tidur pukul 04.00 WIB.

Rafi dan kawan-kawannya kemudian berlatih hingga sore hari pukul 17.00 WIB. Demi mewujudkan cita-citanya, Rafi harus menjalani pelatihan yang tidak ringan. "Saya ingin bisa memegang lambang bendera pusaka. Lambang negara yang sangat sakral dan suci," tutur Rafi seusai latihan kepada Tribun Network beberapa waktu lalu.

Wajahnya kusam. Pakaian putih yang dia kenakan terlihat kotor. Sorot matanya tetap tajam. Ia antusias berbicara soal Paskibra. Sejak duduk di bangku sekolah dasar Rafi menjadi anggota Paskibra. Tidak ada rasa penyesalan untuk keinginan terbesarnya, yakni untuk menjadi pembentang bendera pusaka.

Ia mengenang kembali masa kecilnya. Rafi sangat tertarik kepada suara saat bendera dibentangkan di puncak tiang. "Di situ saya semakin tertarik dan ingin berkesempatan memegang bendera pusaka Merah Putih," kata Rafi.

Sejak kecil Rafi suka bermain dengan bendera. Beranjak saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia tetap menjadi anggota Paskibra. Tapi, ia memiliki keinginan yang berbeda dari teman sebayanya. Ketika mereka berebut ingin menjadi pemimpin upacara, tidak begitu dengan Rafi.

Berita Rekomendasi

"Saya berpikir kenapa pemimpin upacara banyak peminatnya, sedangkan yang melatih pasukan bendera tidak ada. Dari situ saya cari-cari, bertanya ke pembina SMP juga, bagaimana teman-teman di SMP bisa berlatih cara melipat bendera," kata dia.

Baca: TRIBUNWIKI : Husein Mutahar, Pencipta Lagu Hari Merdeka dan Sosok di Balik Paskibraka

"Di situ saya makin tertarik dengam suara yang berbunyi gruk-gruk. Saya makin tertarik. Saya juga ingin berkesempatan memegang bendera pusaka Merah Putih," imbuh Rafi.

Tidak ada yang dirasa berat selama menjalani pelatihan Paskibraka. Lingkungan baru, suasana baru, atmosfer baru dan pelatih baru, dijadikannya sebagai tantangan baru. Pelatihan fisik, hingga mental pun dijalani.
"Diteriaki, ditinggal orangtua, bangun pagi, itu sudah biasa karena kita sudah ada persiapan di daerah," ucapnya.

Rafi merasa terharu bisa sampai sejauh ini. Bisa lolos seleksi dan memiliki kesempatan untuk menjadi pembentang bendera di Istana Merdeka.

Pengorbanan waktu, jauh dari keluarga tak dijadikan beban. Bertemu dengan teman-teman baru dari seluruh penjuru Indonesia menjadi pengalaman yang berharga baginya.

"Lelah, tapi dengan semangat persatuan, jadi rasa lelahnya nya tidak terasa. Jadi seru dan asyik dan letih bukan beban. Jadi seperti makanan, kalau kita makin sering berlatih bersama-sama, tidak terasa dan makin senang," kata Rafi.

Baca: Paskibraka Nasional 2019 Gelar Gladi Kotor II di Istana Negara

Selama pendidikan dan pelatihan Rafi dipilih oleh sekitar 20 anggota Paskibraka sebagai Lurah Desa Bahagia. Jabatan tersebut adalah suatu penamaan selama pendidikan dan pelatihan di PP-PON Cibubur.

"Seperti kalau di kelas itu ketua kelas. Di sini kan namanya Desa Bahagia, jadi disebutnya Pak Lurah," imbuh Rafi.
Seorang lurah bertugas untuk mengkoordinasi anggota Paskibraka laki-laki. Lurah juga bertugas menjembatani arahan pembina ke para anggota. "Bisa mempermudah tugas pembina dan pelatih," sambungnya.

Lurah dan Bu Lurah merupakan tradisi dari anggota Paskibraka. "Dari teman-teman itu terkadang inisiatif biar ada pemimpinnya," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas