Bupati Nduga Minta Maaf Pernah Usulkan Tarik Personel TNI-Polri dari Daerahnya
Rodja juga menyatakan, harus ada jaminan keamanan dari Pemerintah Kabupaten Nduga bila mereka meminta pasukan TNI-Polri ditarik dari wilayah tersebut
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Theo mengatakan, warga pengungsi yang meninggal dunia mencapai 182 orang, 92 di antaranya anak-anak dan balita.
"Jumlah warga pengungsi yang meninggal 182 orang. itu semua sudah kami klarifikasi dan identifikasi. Setiap ada yang meninggal itu kami terima laporan dan itu kami tahu persis. Nama-nama itu kami sudah klarifikasi satu satu atas nama itu," ujar Theo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/8/2019).
• Ruben Onsu Bertekad untuk Tak Ingin Lagi Menerima Teror Mistis di Usia Barunya
Data menyebut sedikitnya 5.000 warga Nduga kini mengungsi. Pengungsi di Wamena tersebar di sekitar 40 titik. Kebanyakan dari mereka tinggal menumpang di rumah kerabat.
Akibat banyaknya pengungsi yang berdatangan, di dalam satu rumah atau honai bisa berisi antara 30-50 orang
Menurut Theo, para pengungsi yang meninggal dunia rata-rata disebabkan lapar dan sakit.
Kondisi tempat pengungsian di hutan-hutan jauh dari kata layak untuk jadi tempat tinggal, apalagi untuk bayi dan anak-anak.
• Terdengar Suara Jeritan Mengerikan Saat 3 Polisi Terbakar Hidup-Hidup di Cianjur
Di sisi lain, sebagian besar masyarakat enggan untuk menerima bantuan dari pemerintah. Sebab, operasi militer yang dilakukan oleh TNI/Polri mereka anggap seperti perang antarsuku.
Sementara, kata Theo, ada peraturan adat yang melarang warga menerima bantuan dari pihak luar, musuh atau pihak yang sedang bertikai.
"Sebenarnya mereka sangat membutuhkan bantuan sosial kemanusiaan," kata Theo.
Theo sendiri sepakat dengan usul penarikan pasukan TNI/Polri dari Nduga agar tidak terjadi kontak senjata dengan OPM.
• VIDEO: Zaskia Sungkar Selalu Menang Lomba Makan Kerupuk di Hari Kemerdekaan 17 Agustus
Theo menilai, jalan dialog antara pemerintah dan OPM sangat mungkin dilakukan untuk mengakhiri krisis di Nduga.
"Mereka merasa takut tindakan-tindakan aparat dan OPM, sebab kalau sudah kontak senjata itu kan masyarakat juga bisa kena," tutur Theo.
"Jadi mereka memilih untuk pindah. Masyarakat itu sebenarnya takut dua-duanya, takut OPM dan takut TNI, karena mereka sudah kontak senjata, jadi masyarakat juga bisa kena," kata dia.
Penulis: Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kapolda dan Pangdam ke Nduga, Bupati Minta Maaf