Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peneliti Harvard-Columbia Sebut Bencana Asap Gambut Berpotensi Mempercepat Kematian di Indonesia

Malapetaka asap juga menerobos batas negara terutama Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Peneliti Harvard-Columbia Sebut Bencana Asap Gambut Berpotensi Mempercepat Kematian di Indonesia
Ist/Tribunnews.com
Kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo menerima perwakilan tim penelitian gabungan dari Harvard University dan Columbia University. 

"Bayi bayi yang merupakan generasi penerus bangsa juga terpapar penyakit sejak dini. Inilah salah satu penyebab stunting. Anak anak tak mampu melangkah menuju ruang ruang kelas di sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Kantor kantor pelayanan terpaksa diliburkan," kata mantan Komandan Jenderal Kopassus ini.

Kebakaran hutan dan lahan juga menggerus aktifitas per ekonomian. Jumlah kerugian pada tahun 2015 yaitu 16,1 Milyar USD. Asap tebal mengganggu transportasi udara. Banyak penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan.

Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda. Margasatwa merana. Ekosistem flora fauna dan cagar biosfor berduka.

Malapetaka asap juga menerobos batas negara terutama Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand.

"Dalam pertemuan itu Kepala BNPB meminta agar Harvard dan Colombia University juga melakukan riset dan kajian sosiologis dan antropologis, bagaimana mengubah perilaku manusia yang merusak alam antara lain dengan cara membakar lahan," tambah Egy Massadiah.

Sebelumnya di tahun 2016, tim peneliti Harvard dan Columbia University juga telah melakukan studi “Public health impacts of the severe haze in Equatorial Asia in September-October 2015: Demonstration of a new framework for informing fire management strategies to reduce downwind smoke exposure".

Riset ini berfokus pada jumlah kematian orang dewasa akibat menghirup partikel padat pada kabut asap berukuran kurang dari 2,5 mikron (Particulate Matter 2.5 atau PM 2.5) selama periode September-Oktober 2015.

Berita Rekomendasi

Penelitian tersebut menyatakan ada 100.300 kasus kematian di Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan. Diperkirakan 91.600 kematian ada di Indonesia, 6.500 kematian di Malaysia, dan 2.200 kematian di Singapura. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas