Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Konten Negatif di Medsos Terkait Penangkapan Mahasiswa Papua Disebut Sebagai Pemicu Kerusuhan

Dedi Prasetyo mengatakan di media sosial banyak beredar konten negatif terkait penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Konten Negatif di Medsos Terkait Penangkapan Mahasiswa Papua Disebut Sebagai Pemicu Kerusuhan
ISTIMEWA
Kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019). 

Aksi solidaritas atas prekesekusi mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang (Jawa Timur) dan Semarang (Jawa Tengah), menuai aksi solidaritas mahasiswa dan warga di Papua dan Papua Barat.

Di Kota Manokwari, Ibu Kota Provinsi Papua Barat, aksi solidaritas ribuan warga, berujung anarki, penjarahan dan pembakaran sejumlah kantor pemerintah dan pusat perdagangan.

Baca: Gubernur Jatim Khofifah Minta Maaf Ucap Jogo jawa Timur Atas Penyebab Rusuh di Manokwari Papua

Sementara di Jayapura, Ibu kota Provinsi Papua, aksi dilaporkan terkendali.

Sekitar pukul 11.30 WIT, empat Ondo Ati atau Kapala Suku Besar di Papua yang bermukim di Jaya Pura, bertemu dengan sesepuh dan Ketua Dewan Penasihat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Haji Babba Syamsuddin Tumpa (75 tahun) di rumahnya, Jl Gadja Putih, No 54, Jaya Pura.

Mereka yang datang antara lain, Ondo Ati Wamena, Ondo Ati Nabire, Ondo Ati Tobati dan Ondo Ati Enggros, Frans Hamadi.

Kedatangan empat kepala suku besar ini, untuk menegaskan bahwa mereka akan tetap menjaga ketertiban, dan saudara-saudara pendatang yang ada di Papua.

“Tadi baru meninggalkan rumah setelah Salat Lohor tadi. Kita sampaikan saya sudah hampir 50 tahun di Papua, kami disini sejak tahun 1965, seperti yang duku-dulu, kami selalu menghormati warga Papua, dan kenganggapnya saudara. Kami cuma lahir di Bugis, tapi rumah kami sesungguhnya di Papua,” ujar Babba, yang sejak tahun 1983 hingga 2013 menjabat Sebagai Ketua KKSS Irian Jaya, Papua dan Papua Barat.

Berita Rekomendasi

Babba Haji, demikian sapaan Syamsuddin Tumpa, menyebutkan, melalui jaringan grups sosial media WhatsApp KKSS se-Papua, dia sudah menghimbau para warga untuk tetap tenang, sabar dan tidak melakukan aksi yang bisa memperkeruh keadaan.

Seperti warga Papua dan Papua Barat dan Gubernur Papua Lukas Enembe, dia juga menyayangkan dan ikut prihatin adanya aksi ormas yang melakukan tindak preksekusi di sejumlah kota di Pulau Jawa.

Kepada warga KKSS dia meminta agar para ketua KKSS level kota dan Kabupaten di Papua dan Papua Barat, untuk tetap tabah dan berkorrdinasi dengan aparat keamanan dan pemerintah setempat.
Informasi yang diperoleh Tribun dari Kota Jayapura, aksi solidaritas ratusan warga juga berlangsung aman dan dibawah kendali aparat.

Haji Kamil Aeni (45), warga Jayapura, menggambarkan, sejak pagi tadi, mahasiswa dan warga membaur ke kantor pemerintahan untuk menyampaikan penyesalan atas kekerasan berbau rasisme yang dilakukan oknum ormas di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Di sekitar Pelabuhan Jaya Pura, beberapa kelompok massa yang pawai keliling kota, dikawal aparat.

Mobil truk tanki PDAM Jayapura juga ikut mengawal massa. Dikabarkan, massa mencoba mambakar ban bekas di sejumlah ruas jalan.

Aparat mengkhawatirkan jika aksi bakar ban juga bisa memicu aksi massif dan anarkis seperti yang terjadi di Manokwari.

Wakil Ketua KKSS Papua Barat, Haji Syahruddin Makki kepada Tribun, sekitar pukul 13.00 WIT, melaporkan, jika pusat perdagangan di Kawasan Wosi, Sanggung, Manokwari, dijarah dan dibakar massa yang beringas.

Hingga, sekitar pukul 14.00 WIT, kondisi Kota Manokwari masih mencekam.

Aparat keamanan dari Polri dan TNI, lebih banyak fokus untuk menahan pergerakan ribuan massa ke pemukiman lain, dan kantor pemerintah dan pusat layanan publik.

Aparat berjaga di kantor bank, kantor BUMN, dan pusat ibadah.

Eskalasi kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, hingga Senin (19/8/2019) siang, masih berlanjut.

Suasana di pusat ekonomi, jasa dan perkantoran di kota Dagang terbesar kedua di Papua Barat, setelah Sorong itu, dilaporkan kian mencekam.

Haji Syahruddin Makki (56), warga dan pedagang di Pasar Manokwari, kepada Tribun, pukul 13.00 WIT, melaporkan, massa kian tak terkendali.

“Toko, warung yang ada di pinggir jalan sudah dijarah, lalu banyak yang dibakar,” kata Syahruddin Makki, melalui sambungan telepon selular.

Makki yang juga Wakil Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), mengabarkan, jika para pedagang yang sebagian besar pendatang sudah pasrah.

“KIta tak bisa apa-apa lagi, Pasrah saja. Massa betul-berul marah dengan kejadian di Surabaya dan komentar-komentar nasional,” ujar Makki.

Dia menjelaskan, kini sekitar 3000-an warga KKSS yang beraktivitas di sekitar Pasar Sanggung, di sepanjang Jl Yos Sudarso dan sekitar Gedung DPRD Papua Barat, sudah meninggalkan rumah dan toko mereka.

“Kantor gubernur lama juga sudah dibakar tadi,” ujarnya.

Kondisi mencekam di Manokwari, jelas dia, sudah berlangsung sejak pukul 09.00 wita.

Massa yang kebanyakan warga lokal, sudah turun ke jalan sejak pukul 08.00 WIT.

Mereka berjalan kaki, dan meneriakkan protes atas video viral yang menggambarkan perlakuan ormas dan aparat terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang.

Aparat keamanan dari Polisi, TNI AD dan TNI AL, juga kebanyakan tak bisa berbuat banyak.

Mereka dilaporkan hanya berjaga-jaga jalan akses pemukiman warga, kantor pemerintah, instansi vital, dan pelabuhan.

Tokoh masyarakat KKSS, melalui grup WhatsApp, juga sudah mengimbau warga untuk berkumpul di titik-titik tertentu, yang dijaga aparat.

Baca: Rusuh Manokwari, Tiga Polisi Terluka Akibat Lemparan Batu

Makki juga melaporkan, kini aparat dan warga di daerah transmigrasi di luar Manokwari, juga tegang.

“Tadi laporan dari SP (sentra pemukiman) di luar kota, juga sudah minta bantuan aparat polisi dan TNI,” kata Makki, menggambarkan suasana di daerah transmigran yang berjarak antara 50 km hingga 60 km dari Kota Manokwari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas