Mengenang Gagasan BJ Habibie yang Mengimpikan Indonesia Punya Pesawat Sendiri
Pada Rabu (11/9/2019) mantan Presiden Republik Indonesia yang ketiga, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng, atau BJ Habibie meninggal
Editor: Sugiyarto
Namun yang ingin dibuat oleh Habibie bukanlah sekadar pesawat, tetapi industri beserta ekosistem dirgantaranya.
Salah satu langkah terbesarnya adalah merancang dan memimpin pembuatan pesawat N250.
N-250 Gatotkaca pertama kali diterbangkan di Bandung pada 10 Agustus 1995 dan menandai lahirnya karya anak bangsa.
Pasalnya, N-250 merupakan pesawat buatan pertama Indonesia.
Sebagai yang tercanggih di kelasnya pada masanya, N-250 punya sejumlah keunggulan.
Ia merupakan satu-satunya pesawat turbotrop di dunia yang menggunakan "fly by wire" dengan jam terbang 900 jam.
Pesawat ini juga mampu terbang tanpa mengalami oleng atau "Dutch Roll".
Lalu kecepatan terbang Gatotkaca bisa mencapai maksimal 610 kilometer per jam, sedangkan kecepatan ekonomisnya 555 kilometer per jam yang merupakan tercepat di kelas turbotrop 50 penumpang.
Pesawat ini juga beroperasi pada ketinggian 7.620 meter dengan daya jelajah 1.480 kilometer.
Ketika ditemui oleh Kompas.com pada 2013, Habibie menyampaikan bahwa momentum N-250 seharusnya sangat tepat untuk titik tolak kejayaan industri dirgantara Indonesia, andai proyek pesawat itu berjalan sesuai rencana.
Sayangnya, momentum itu kandas ketika krisis moneter 1997-1998 menghantam Indonesia.
Soeharto menutup IPTN dan N-250 berakhir mangkrak.
Setali tiga uang, kelanjutan perancangan dan pembuatan pesawat N-2130 juga pupus ketika pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden Indonesia ditolak MPR pada 20 Oktober 1999.
Harapan baru Habibie pada R80 Visi dirgantara Indonesia baru berlanjut pada 2017 dengan berhasilnya uji terbang pesawat N-219, sebuah pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang di dalam kabin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.