Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indonesia Diharapkan Bisa Terapkan Filosofi Eyang Habibie, Seperti Tiongkok

Hammam pun menyebut negara Tiongkok sebagai contoh negara yang mampu menerapkan filosofi semacam itu.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Indonesia Diharapkan Bisa Terapkan Filosofi Eyang Habibie, Seperti Tiongkok
Tribunnews.com/ Fitri Wulandari
Kepala BPPT Hammam Riza usai menjenguk Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie di Paviliun Kartika, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Selasa (10/9/2019) sore. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengenang kepergian pendiri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sekaligus Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie untuk selamanya, Kepala BPPT Hammam Riza pun membocorkan pesan yang selama ini dititipkan kepadanya.

Ia menjelaskan sistem kerja yang terus digaungkan tokoh bangsa yang akrab disapa Eyang Habibie itu agar selalu diterapkan oleh BPPT, yakni 'Berawal Di Akhir, Berakhir Di Awal'.

Menurutnya, apa yang telah dilakukan pendahulunya itu merupakan cara kerja yang sudah seharusnya dilakukan dalam mengejar ketertinggalan Indonesia pada bidang teknologi agar bisa bersaing dengan negara maju.

Dalam pengimplementasian filosofi 'Berawal Di Akhir, Berakhir Di Awal' itu, kuncinya adalah menggunakan produk yang sudah ada dan memiliki teknologi proven serta telah digunakan oleh banyak negara di dunia.

Hammam pun menyebut negara Tiongkok sebagai contoh negara yang mampu menerapkan filosofi semacam itu.

Baca: Keputusan 3 Unsur Pimpinan KPK Menyerahkan Mandat Ke Presiden Disebut Langkah Tepat

Negeri Tirai Bambu tersebut kini mampu memproduksi kereta cepat sendiri, seperti yang akan digunakan untuk koridor Jakarta-Bandung.

"Tiongkok sendiri telah mampu membuktikan dampak positif dari reverse engineering, mereka secara bertahap mampu mengejar ketertinggalan teknologi dalam produksi kereta cepat," ujar Hammam, kepada Tribunnews, Jumat (13/9/2019).

BERITA REKOMENDASI

Tahapan pertama yang dilakukan Tiongkok adalah membeli kereta cepat dari negeri bavaria Jerman, lalu dilakukan proses reverse engineering atau membongkar 'utak-atik' sendiri produk tersebut.

Baca: Kabar Donor dari Habibie untuk Penglihatan Thareq, Bagaimana Prosedur Donor Mata?

Selanjutnya, mereka akhirnya bisa mandiri dalam memproduksi kereta cepat, meskipun ada sejumlah komponen yang masih diimpor dari Jerman.

Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT itu pun menilai legacy dari Eyang Habibie tidak akan pernah bisa dipadamkan.

Hal itu karena apa yang dilakukan oleh tokoh bangsa yang dikenal pula sebagai Bapak Teknologi tersebut merupakan suatu keberhasilan.

Baca: Filosofi Habibie, Berawal di Akhir, Berakhir di Awal

Sehingga itu akan menjadi pedoman bagi BPPT dalam menciptakan inovasi serta teknologi yang mampu menjawab tantangan untuk menuju Indonesia Maju.


"Jadi BPPT itu adalah legacy dari Eyang Habibie, legacy semangat Presiden RI ke-3, BPPT akan terus melahirkan inovasi dan layanan teknologi terbaik untuk Indonesia Maju," jelas Hammam.

Meskipun Eyang Habibie kini telah tiada, kata Hammam, namun semangatnya akan terus ada dalam tiap proses penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di tanah air.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas