Indonesia Diharapkan Bisa Terapkan Filosofi Eyang Habibie, Seperti Tiongkok
Hammam pun menyebut negara Tiongkok sebagai contoh negara yang mampu menerapkan filosofi semacam itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengenang kepergian pendiri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sekaligus Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie untuk selamanya, Kepala BPPT Hammam Riza pun membocorkan pesan yang selama ini dititipkan kepadanya.
Ia menjelaskan sistem kerja yang terus digaungkan tokoh bangsa yang akrab disapa Eyang Habibie itu agar selalu diterapkan oleh BPPT, yakni 'Berawal Di Akhir, Berakhir Di Awal'.
Menurutnya, apa yang telah dilakukan pendahulunya itu merupakan cara kerja yang sudah seharusnya dilakukan dalam mengejar ketertinggalan Indonesia pada bidang teknologi agar bisa bersaing dengan negara maju.
Dalam pengimplementasian filosofi 'Berawal Di Akhir, Berakhir Di Awal' itu, kuncinya adalah menggunakan produk yang sudah ada dan memiliki teknologi proven serta telah digunakan oleh banyak negara di dunia.
Hammam pun menyebut negara Tiongkok sebagai contoh negara yang mampu menerapkan filosofi semacam itu.
Baca: Keputusan 3 Unsur Pimpinan KPK Menyerahkan Mandat Ke Presiden Disebut Langkah Tepat
Negeri Tirai Bambu tersebut kini mampu memproduksi kereta cepat sendiri, seperti yang akan digunakan untuk koridor Jakarta-Bandung.
"Tiongkok sendiri telah mampu membuktikan dampak positif dari reverse engineering, mereka secara bertahap mampu mengejar ketertinggalan teknologi dalam produksi kereta cepat," ujar Hammam, kepada Tribunnews, Jumat (13/9/2019).
Tahapan pertama yang dilakukan Tiongkok adalah membeli kereta cepat dari negeri bavaria Jerman, lalu dilakukan proses reverse engineering atau membongkar 'utak-atik' sendiri produk tersebut.
Baca: Kabar Donor dari Habibie untuk Penglihatan Thareq, Bagaimana Prosedur Donor Mata?
Selanjutnya, mereka akhirnya bisa mandiri dalam memproduksi kereta cepat, meskipun ada sejumlah komponen yang masih diimpor dari Jerman.
Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT itu pun menilai legacy dari Eyang Habibie tidak akan pernah bisa dipadamkan.
Hal itu karena apa yang dilakukan oleh tokoh bangsa yang dikenal pula sebagai Bapak Teknologi tersebut merupakan suatu keberhasilan.
Baca: Filosofi Habibie, Berawal di Akhir, Berakhir di Awal
Sehingga itu akan menjadi pedoman bagi BPPT dalam menciptakan inovasi serta teknologi yang mampu menjawab tantangan untuk menuju Indonesia Maju.
"Jadi BPPT itu adalah legacy dari Eyang Habibie, legacy semangat Presiden RI ke-3, BPPT akan terus melahirkan inovasi dan layanan teknologi terbaik untuk Indonesia Maju," jelas Hammam.
Meskipun Eyang Habibie kini telah tiada, kata Hammam, namun semangatnya akan terus ada dalam tiap proses penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di tanah air.
"Selalu ada, forever and ever membawa spirit Habibie (dalam) membangun Indonesia melalui pemanfaatan Iptek dan inovasi," kata Hammam.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyebutkan contoh pemikiran yang bisa diteladani dari seorang BJ Habibie.
Menurutnya, Eyang Habibie merupakan sosok yang selalu berpikir visioner.
Bahkan pemikiran seperti itu telah dipupuk sejak Eyang Habibie masih muda.
Tidak hanya itu, Jokowi juga menyebut Eyang Habibie sebagai sosok inspiratif yang memiliki semangat tinggi dalam mendorong kemajuan untuk Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sambutannya saat menjadi Inspektur Upacara dalam upacara pemakaman Eyang Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019) siang.
"Dari sejak muda, Habibie sudah visioner, dia tidak hanya berpikir satu atau dua tahun ke depan, beliau pun memiliki semangat membawa Indonesia untuk sejajar dengan negara maju," kata Jokowi.
Perlu diketahui, Bapak Teknologi sekaligus Alumni Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, Jerman itu kini telah dimakamkan tepat di samping pusara sang istri tercinta, Hasri Ainun Habibie.
Sejak awal September 2019, Eyang Habibie dirawat secara intensif oleh Tim Dokter Kepresidenan di ruang CICU, Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Kondisi Eyang Habibie sebelumnya dikabarkan membaik dalam perawatan intensif di rumah sakit itu, namun kembali mengalami penurunan kondisi.
Ia pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 83 tahun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.